English Translation of Pustaka rajya-rajya i Bhumi Nusantara Vol. I - 1, Part 191 – 217
[PRRIBN1-1_part_191_217]
Source Indonesian Text:
Atja, Edi Suhardi Ekajati, Pustaka Rajya-Rajya i bhumi Nusantara Vol. I - 1, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987 (limited edition).
Page scan was obtained by courtesy of Museum Negeri Jawa Barat – Sri Baduga in The translation into the modern Indonesian language was carried out by a student of Department of Literature, Pajajaran University by the request of the present author.
The contents were divided into paragraphs and titles were added by the present author
Hegemony of Sriwijaya over Sumatra, his relation to Sunda Kingdom
Adapun kerajaan Sriwijaya hingga talaun 613 Saka (691/2 Masehi) telah memerintah tanah Swarnabhuiai (Pulau Sumatera), sebagai raja kuasa. |
By 613 Saka (691/2 AD) Sriwijaya kingdom has ruled the land of Swarnabhumi (Sumatera Island) as a powerful kingdom. |
Semua raja-raja Swaamabhumi (Pulau Sumatera) telah tunduk dan di bawah kuasa Sriwijaya. . |
All kings of Swarnabhumi (Sumatra Island) were subjected under the power of Sriwijaya. |
Dengan kerajaan Sunda kerajaan Sriwijaya telah membuat perjanjian. |
With Sunda kingdom Sriwijaya kingdom made an agreement |
Keduanya tidak saling menyerang negara masing-masing, dan berimbingan tangan dalam persahabatan. |
The two kingdoms do not attack each other, and go hand in hand with friendship. |
Oleh karena itu duta Sriwijaya ada di kerajaan Sunda dan duta kerajaan Sunda ada di kerajaan Sriwijaya. |
Thus, the ambassador of Sriwijaya was in the kingdom Sunda and that of Sunda, in the kingdom of Sriwijaya. |
(Piagam -y persahabatan) ditulis bersama dan disepakati pada tanggal 14 paro-terang, bulan Magha, tahun 607 Saka (16 Januari 686 Masehi) oleh keduanya antara Sriwialiaraja Jayanasa, raja kerajaan Sriwijaya dari Swarnabliumi (Pulau Sumatera) dengan Sri Maharaja Tarusbawa, raja kerajaan Sunda dari Jawa Barat di bumi Pulau Jawa. |
A friendly treaty was written together and agreed on the 14th bright-half of the month of Magha Month (16 January 686 AD) between Jayanasa, the king of Sriwijaya of Swarnabhumi (Sumatra) and Sri Maharaja Tarusbawa, the king of Sunda kingdom of West Java in the land of Java Island. |
Kemudian di wilayah kerajaan Sunda dibuat cetya prasasti, disebut perjanjian persahabatan pada batu dengan dua banasa masing-masing. |
Then, in the area of Sunda kingdom, an inscription was built, referred to the mutual friendship agreement on a rock with two languages. |
Keling Kingdom in Java, Queen Sima, Exchange of ambassadors with China
Adapun raja Sriwijaya senantiasa tidak senang hatinya melihat kemakmuran kerajaan Jawa. Pada waktu itu kehidupan warga rnasyarakat kerajaan Jawa makmur sejahtera. |
The king of Sriwijaya was always unhappy to see the prosperity of the Javanese kingdom. At that time, the life of the Javanese royal community was prosperous and safe. |
Warga masyarakat banyak yang akhli berbagai pengetahuan. |
There were many community members who had a variety of knowledge. |
Hasil bumi melimpah, karena tanahnya gembur. Kerajaan itu bernama Keling dengan rajanya seorang wanita ialah Devwi Sima namanya, dengan gelar penobatan Sri Kaharani Sima Mahisasuramardini Mahaprabhawadewi Sakalabiiumi. |
Agricultural products were abundant, because the soil was soft. The kingdom was named Keling with a female monarch named Dewi Sima with the title of coronation, Sri Kaharani Sima Mahisasuramardini Mahaprabhawadewi Sakalabiiumi. |
Ia menjadi ratu Keling, pada tahun 596 Saka (674/5 Masehi), menggantikan suaminya, ialah Prabhu Kartikeyasingha, disebut juga: yang wafat di gunung Mahameru, gelarnya yang lain. |
She became the queen of Keling in 596 Saka (674/5 AD), replacing her husband, named Prabhu Kartikeyasingha who had died on Mt. Mahameru. |
Kerajaan ini telah bersahabat akrab dengan maharaja Cina. Oleh karena itu duta kerajaan Keling ada di sana, duta kerajaan Cina ada di sini. Prabhu Kartikeyasingha telah dua kali mengutus duta, pembesar, dan pranaraja (akhli nujum) ke kerajaan Cina. Pertama pada tahun 570 Saka (643/9 Masehi). |
This kingdom had been friendly with the emperor of China. Therefore, Keling’s royal ambassador was there, and the ambassador of China kingdom was here. Prabhu Kartikeyasingha had twice sent envoys, high officials and pranaraja (astrologers) to the Chinese Kingdom. The first time was 570 Saka (643/9 AD). |
Kedua pada tahun 588 Saka (666Masehi), yaitu pada permulaan Sang Prabhu memerintah kerajaan Keling. . |
The second time was 588 Saka (666 AD) that was at the beginning of Sang Prabu’s ruling of Keling kingdom. |
Adapun asal-usul wangsa Sang Prabhu, ialah dari negeri Bharata (India), sebelah selatan. |
The ancestor of the Sang Prabhu’ dynasty came from a southern part of Bharata (India). |
Ayah Sang Prabhu Kartikeyasingha, yaitu waktu dahulu, pada masa memerintah kerajaan delapan tahun yang lampau, dan bahkan enambelas tahun yang lampau, ialah pada tahun 562 Saka (640/1 Masehi) dan pada tahun 554 Saka (652/3 Masehi), mengutus duta ke kerajaan Cina. Begitu juga duta kerajaan Cina datang di sini, |
Sang Prabhu Kartikeyasingha's father, in the past, during his reign over the kingdom for eight years. Even sixteen years ago in 562 Saka (640/1 AD), and 554 Saka (652/3 AD), sent ambassadors to the Chinese kingdom. Likewise, ambassador of Chinese kingdom came here. |
Dari perkawinan Sang Prabhu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima, beranaklah dua orang, wanita dan laki-laki, (di antaranya) masing-masing, seorang wanita, ialah Dewi Parwati namanya. Ia menjadi isteri Sang Prabhu Mandiminyak dari Galuh di bumi Jawa Barat. Yang laki-laki Sang Raja Muda Narayan(a) namanya. |
From the marriage of Prabhu Kartikeyasingha with Dewi Sima were born two children, a female and a male (among others). The female named Dewi Parvati became the wife of Prabhu Mandiminyak of the land of Galuh in West Java. The male one was named Sang Raja Muda Narayana. |
Sima, a woman of perfect beauty
Selanjutnya menurut riwayat yang lain, setelah Sang Prabhu Kartikeyasingha meninggal, Dewi Sima menjadi raja menggantikan suaminya. |
According to another history, after the death of Prabhu Kartikeyasingha, Dewi Sima became the ruler after her husband. |
Pada waktu itu Dewi Sima adalah seorang wanita yang sangat cantik, sangat mempesona rupanya, tidak ada duanya di Pulau Jawa. |
At that time Dewi Sima was a very charming woman with very beautiful appearance, second to none in Java. |
Ialah seorang wanita yang sangat sempurna keelokannya, seperti bidadari dari sorga loka. |
She was a woman who of perfect beauty, like an angel from heavenly world. |
King Jayanasa of Sriwijaya, his unrequited love to Sima
Oleh karena itu Sri Jayanasa sangat berahi kepada Dewi Sima dan berhasrat mengawininya, tetapi hasratnya untuk memperisterikan Dewi Shima tidak terlaksana, bahkan Dewi Sima tidak ingin melihat raja Sriwijaya, apalagi menjadi isterinya, lebih sukalah ia bunuh diri. Karena Dewi Sima tidak mau menjadi isterinya. |
Sri Jayanasa was very passionate and eager to marry Dewi Sima, but his desire to take Dewi Sima as his wife was not realised. Dewi Sima did not even want to see the king of Sriwijaya, let alone she thought better commit suicide than become his wife. Thus, Dewi Sima did not want to be his wife. |
Oleh karena itu marahlah raja Sriwijaya akhirnya. |
Therefore, the king of Sriwijaya finally became angry. |
Kelak pelita cinta maharaja Sriwijaya senantiasa tergetar dan tergila-gila kepada Sang Maharani Sima Dewi. Karena Sang Maharaja Sriwijaya sangat berhasrat memperisterikan ratu Keling. |
Afterwards, the lamp of love of maharaja Sriwijaya always made Sang Maharani Dewi Sima, trembled and distressed It was because the Maharaja Sriwijaya was (still) eager to take queen of Keling to wife. |
Tetapi Dewi Sima kemudian membujuk, mau bersuamikan Maharaja Sriwijaya, pada hal sang ratu Jawa sungguhnya tidak senang terhadap tingkah-laku raja Sriwijaya, karena raja Sriwijaya telah menyerang dan menaklukkan kerajaan Melayu. |
Dewi Sima then soothed Maharaja of Sriwijaya [Jayanasa] who wanted to make her husband. Sang Ratu Java [Sima] was really not happy about the behaviour of the king of Sriwijaya in the situation that the king of Sriwijaya had attacked and conquered the Melayu. |
Apalagi raja Melaja itu termasuk ua k suaminya, Prabhu Kartikeyasingha. Bukankah ibu suaminya adalah adik isteri raja Melayu. |
Moreover, king of Melayu was the aunt of her husband, Prabhu Kartikeyasingha. It was not that the mother of her husband was the younger sister of king of Melayu. |
Bahkan di antara raja Jawa dan raja Sriwijaya berbeda agamanya, karena raja Sriwijaya anutannya Buddhayana (Mahayana) dan raja Jawa anutannya Bhatara Sangkhara (Saura). |
Moreover, the religions were different between the kings of Java and Sriwijaya, as the religion of king of Sriwijaya was Buddhism (Mahayana) and that of the king of Java was Bhatara Sangkhara (Saura [1]). |
Apalagi penghabisannya, ialah emas berlian dan sebangsanya perhiasan kepunyaan kerajaan Melayu telah dirampas dan dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya, pada hal kemudian raja Sriwijaya meminta bersahabat dengan raja Keling. Tetapi raja, Keling tidaklah mau bersahabat dengan dia. |
Above all, in conclusion, gold, diamond and jewelleries which belonged to Melayu kingdom were already seized and controlled by the kingdom of Sriwijaya: in this situation, Sriwijaya king asked friendship with the king of Keling, but the king of Keling never wanted to become friendly with him. |
Oleh karena itu pada tahun 608 Saka (686/7 Masehi) raja Sriwijaya ingin menyerang kerajaan Jawa. |
Therefore, in 608 Saka (686 / 7 AD) the king of Sriwijaya wanted to attack the empire of Java. |
Tetapi cita-cita raja Sriwijaya tidak terlaksana, karena beberapa negara melindungi kerajaan Jawa, yaitu kerajaan Cina, kerajaan Bakulapura, kerajaan Hujung Mendini, kerajaan-kerajaan negeri Bharata (India) dan banyak yang lain lagi. |
But the ambition of king of Sriwijaya was not realised because some countries protected the Javanese kingdom. They were the Chinese empire, kingdom Bakulapura (Kutai Martadipura), Hujung Mendini kingdom (Malay Peninsula), kingdoms of the land of Bharata (India) and many others more. |
Sedangkan kerajaan Sunda hanyalah tidak setuju terhadap keinginan raja Sriwijaya, (dan) mengharapkan susila (bertabiat baik) serta mempertimbangkan lagi kehendaknya. |
Meanwhile, the Sunda kingdom simply did not agree to the wishes of the king of Sriwijaya, (and) expected him to be modest (good temper) and to reconsider his wishes as well. |
Oleh karena itu banyak perahu dagang milik orang Jawa yang berlabuh, berhenti sementara di pelabuhan Palembang, Bangka dan sejumlah pelabuhan Sriwijaya disuruh kembali lagi, bahkan banyak pula yang hartanya dirampas. Sedangkan awak perahu disuruh kembali ke negaranya. |
Consequently, many commercial boats owned by the Javanese which anchored and stopped at the ports of Palembang, Bangka and a number of other Sriwijaya’s ports were told to go back. Many of them were even plundered of their properties, whilst the crews were told to return to their country. |
Tambahan pula raja Sriwijaya selalu menyuruh perompak agar menyapu perahu orang Jawa di tengah lautan. |
Moreover, the king of Sriwijaya always ordered pirates to sweep the boats of Javanese people in the middle of the sea. |
Sriwijaya’s religion, control of nearby ountries
Selanjutnya, menurut riwayat, kerajaan Sriwijaya telah menguasai kerajaan-kerajaan wilayah Sanghyang Hujung. Kemudian di situ Sriwija membuat candi tiga buah. |
Furthermore, according to history, Sriwijaya kingdom have controlled the kingdoms of the region of Sanghyang Hujung (alias Sening Ujung, located between Malaka and Selangor [2]) and built three temples there. |
Pada tahun 697 Saka (775/6 Masehi) Raja Sriwijaya membuat caitya. Sedangkan pengawas kuil (pendeta) Sang Jayanta namanya, membuat caitya dua buah, karena diperintahkan oleh Maharaja Sriwijaya. Begitu juga pengawas kuil (pendeta), yaitu Sang Adhimukti namanya, membuat caitya dua buah(pula). |
In 697 Saka (775/6 BC) King of Sriwijaya built caityas (sacred places). A temple supervisor (pastor) named Sang Jayanta made two caityas by order the Maharaja of Sriwijaya. Also, another supervisor of temple (priest) named Adhimukti built two others. |
Adapun ( Raja Sriwijaya) pengawas kuil (pendeta), sang sanggha (golongan pengikut Buddha), orang kebanyakan, yaitu penganut Buddhayana (Mahayana) dan nirwanayana (Hinayana) ada dalam kekuasaan kerajaan Sriwijaya. |
There were many temple supervisors of Buddhist groups who worshiped Buddhayana (Mahayana) and Nirwanayana (Hinayana) under the authority of Sriwijaya kingdom. |
Sedangkan raja Keling dan warga masyarakatnya pemuja Bhatara Sangkhara (Saura) dan Nirwanayana (Hinayana) tidak seberapa. |
On the other hand, the king of Kering and his people were devotee of Bhatara Sangkhara (Saura) and those of Nirwanayana (Hinayana) were few. |
Offspring of Queen Sima
Seterusnya seperti yang telah diriwayatkan oleh mahakawi (pujangga besar) Demikianlah:di Dewi Sima dengan raja Kartikeyasingha berputera beberapa orang; ua orang di antaranya, ialah Dewi Parwati dan Narayana. |
As narrated by a great poet (mahakawi) Dewi Sima and King Kartikeyasingha had two children, Dewi Parwati and Narayana. |
Dewi Parwati diperisteri oleh Sang Mandiminyak, ratu Galuh, kemudian berputera Dewi Sannaha. Selanjutnya, Mandiminyak beristerikan Pwah Rababu, berputera Sang Senna. |
Dewi Parwati married to Sang Mandiminyak, the king of Galuh, and gave birth to a daughter, Dewi Sannaha. Mandiminyak also made Pwah Rababu his wife, and had a son Sang Senna. |
Kemudian Sang Senna atau Sang Bratasennawa namanya yang lain, beristerikan puteri Dewi Sannaha, Dari perkawinannya, berputera (seorang), ialah Sanjaya namanya. |
Sang Senna, also called Sang Bratasennawa, took Princes Dewi Sannaha to wife and from this marriage was born a son named Sanjaya. |
Sanjaya’s Campaign
Setelah Rakryan Sanjaya menaklukkan ratu Galuh, ialah Sang Prabhu Purbasura, kemudian Rakryan Sanjaya menjadi ratu Galuh. |
After Rakryan Sanjaya conquered kingdom of Galuh ruled by Prabhu Purbasura, he became the king of Galuh. |
Demikian juga, kerajaan Indraprahasta telah lebih dahulu dihancurkan dan dikuasai, karena serangan angkatan bersenjata Sanjaya. Karena isteri ratu Galuh, (Prabhu Purbasora) adalah seorang puteri ratu Indraprahasta, lagi pula angkatan bersenjata Indraprahasta memperkuat kerajaan Galuh. |
Likewise, Indraprahasta Kingdom had already been destroyed and controlled, attacked by the armed force of Sanjaya. Because the wife of King Galuh (Prabhu Purbasora) was the daughter of the king of Indraprahasta, Indraprahasta had sent armies to support the Galuh Kingdom. |
Begitu pula, dahulu yang menaklukkan Rakryan Senna (waktu menjadi) ratu adalah angkatan bersenjata Indraprahasata di bawah pimpinan Prabhu Purbasora. |
Similarly, the one who conquered Rakryan Senna (for a while) was the armed forces of Indraprahasta under the leadership Prabhu Purbasora. |
Oleh karena serangan angkatan bersenjata Sanjaya, banyaklah (anggota) angkatan bersenjata Indraprahasta tewas pada waktu berperang. |
By the attack of Sanjaya’s army, many members of Indraprahasta’s army were killed during battler. |
Terutama raja Indraprahasta dan prabhu Purbasura serta prameswari tewas waktu berperang, juga tidak terhitung sang pranarinya (akhli nujum) para terkemuka, menteri menteri kerajaan, panglima dan anggota angkatan bersenjata yang tewas. |
Especially the king of Indraprahasta and prabhu Purbasura along with Prameswari [?] were killed in the war. This does not count expert astrologers (pranarejya), ministers of the kingdom, commanders and soldiers who also died. |
Lenyaplah sudah kerajaan Indraprahasta oleh Sanjaya. |
Thus, kingdom of Indraprahasta was vanished due to Sanjaya. |
Selanjutnya, angkatan bersenjata, Sanjaya ke timur menyerang kerajaan-kerajaan Jawa. |
Furthermore, the armed force of Sanjaya moved eastward to attack the kingdoms of Java. |
Beberapa buah kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur ditundukkan oleh Sanjaya pada tahun 646 Saka (724/5 Masehi). |
Some kingdoms in the Central and East Java were subdued by Sanjaya in 646 Saka (724/5 AD). |
Setelah itu Sanjaya menyerang beberapa kerajaan di Swarnabh uni (Pulau Sumatera) termasuk kerajaan Melayu, Sriwijaya, Barus dan banyak lagi kerajaan di Swarnaih bhumi (Pulau Sumatera). |
After then, Sanjaya attacked a number of kingdoms in Swarnabhumi (Sumatera Island) including the kingdoms of Melayu, Sriwijaya, Barus and some others. |
Setelah itu nyeberang ke utara. |
After that, Sanjaya turned northward. |
Penyerangan itu lamanya tiga tahun. |
The attack continues for three years. |
Rakryan Sanjaya berperang, menundukkan (dan) memerangi beberapa negara. |
Rakryan Sanjaya waged war, battled and conquered some countries. |
Mulai pada tahun, 645 Saka (732/3 Masehi) Rakryan Sanjaya menjadi ratu Medang di bumi Mataram di Pulau Jawa, Rakryan Sanjaya digantikan oleh puteranya, yaitu Sri Maharaja Tejahpurnapana Panangkarana. |
In 645 Saka (732/3 AD) Rakryan Sanjaya became the king of Medang in the land of Mataram in the island of Java. Rakryan Sanjaya was replaced by his son, Sri Maharaja Tejahpurnapana Panangkarana. |
Dividing of Jawa for Sanjaya and Sailendra Dynasties
Isterinya dari wangsa Selendra. Kemudian wangsa Selendra di Jawa Tengah menjadi raja kuasa. |
Panangkarana’s wife was a family member of Selendra. Then Selendra family became powerful in Central Java |
Selanjutnya di bumi Jawa Tengah dibagi dua, yaitu (di antaranya) Jawa Tengah sebelah utara menjadi wilayah kelcuasaan wangsa Sanjaya. Sedangkan Jawa Tengah sebelah selatan menjadi wilayah kekuasaan wangsa Selendra. |
In Central Java, the land was divided into two, in such a way as the northern part of Central Java became the territory of Sanjaya dynasty whilst the southern half became the territory of Selendra dynasty. |
The arriving of Kalinga people at Java
Tunda riwayatnya sebsntar. Selanjutnya akan diganti dengan riwayat yang lain. |
Leaving from the story for a while, let us change to a (different) tale. |
Adapun kedatangan orang-orang Kalingga di bumi Jawa, terutama wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, yaitu permulaan, kira-kira pada 393 sebelum pertama tahun Saka. |
The arrival of Kalinga people on the island of Java was primarily at East Java and Central Java in the beginning, and it was about 393 before (?) the first year of Saka. |
Magadha Kingdom founded by Maharaja Candragputa
Demikianlah riwayat yang dikatakan oleh sang mahakawi (pujangga besar) Sri Maharaja Candragputa dari wangsa Maurya mendirikan kerajaan Magadha, di Wilayah Aryawarta di bumi Bharata sebelah utara, Kekuasaan Sri Maharaja Candragupta bertambah besar. Kerajaan itu tanahnya subur. Sejahtera warga masyarakatnya. |
A tale by the mahakawi (great poet) told that Sri Maharaja Candragputa from the Maurya dynasty founded Magadha Kingdom in the Aryawarta Region in the land of northern Bharata (India), the power of Sri Maharaja Candragupta increased. The land was fertile and citizens were prosperous. |
Banyak bersahabat dengan negeri lain, Ratu-ratu wilayah yang menjadi bawahan dengan setia berbakti kepada Sri Maharaja Magadha. |
Sri Maharaja Candragupta was friendly to other countries, so the kings of the region subordinated were loyally devoted to Sri Maharaja Magadha. |
Pada waktu itu orang-orang dari beberapa kerajaan Kalingga di Bharata sebelah selatan, banyak yang datang di Pulau Jawa, orang-orang Kalingga itu sebagai pedagang berbagai barang, begitu juga sebagai gurubesar agama, terutama pendetapendeta Siwa. |
At that time, many people came to the island of Java from several kingdoms of Kalinga in southern Bharata. They included traders of various goods, as well as religious professors, especially the priests of Shiva. |
Berduyun-duyun semuanya yang menderita kekalahan ke pulau. pulau di bumi Nusantara dan negeri Bharata (India). |
All who suffered and defeated flocked together to the islands, islands in the Archipelago and the country of Bharata (India). |
Maharaja Asoka conquered south parts of Bharata, incl. Kalingga
Selanjutnya pada tahun 350 Sebelum Saka (272/3 Sebelum Masehi), yang menjadi raja di Magadha, yaitu sri Maharaja Asokawardhana atau Sri maharaja Asoka Maurya namanya yang lain, cucunda (?) Sri Maharaja raja Asoka bersama angkatan bersenjata yang sangat besar mengalahkan wilayah Kalingga, yaitu di antara hahanadi, ialah sebelah selatan Magadha, Kerajaan-kerajaan yang ada di situ semua kalah ditaklukkan, i Kemudian menjadi kerajaan taklukan yang mengabdi kepada Magadha, Ibukotakera jaan ialah Pataliputra namanya. |
Then in 350 BC (272/3 BC), who became king in Magadha was Sri Maharaja Asokawardhana or Sri Maharaja Asoka Maurya. Sri Maharaja Asoka, with a very large army, defeated the Kalinga region around Hanadi that was a south part of Magadha. Kingdoms that existed there and served Magadha with its capital at Pataliputra were all defeated and became conquered kingdoms. |
Pada waktu perang berkecamuk, banyaklah warga masyarakat beserta angkatan bersenjata Kalingga melarikan diri, mengungsi ke wilayah sebelah selat an, Mereka berturut-turut dikalahkan, tama anggota angkatan bersenjata Kalingga, banyak yang tertawan, karena dikejar-kejar, lalu tertangteru sangat ketakutan dan bersembunyi, mencari perlindungan, namun penyerbuan mereka sampai di wilayah sebelah selatan negeri Bharata (India). |
When the war broke out, many people and the armed force of Kalinga fled, evacuating to the southern region. They were successively defeated and many members of the Kalinga armed force were chased and taken to be prisoners. They were very scared and hid seeking refuge, but the invasion reached the southern region of the land of Bharata (India). |
Begitu juga kerajaan-kerajaan di wilayah Pulau Singhala dikalahkan oleh angkatan bersenjata Sri Maharaja Asoka. |
Likewise, the kingdoms in the area of Singhala Island were defeated by the armed force of Sri Maharaja Asoka. |
Mula-mula tiada putus-putusnya orang-orang mengungsi. dari wilayah Kalingga, ialah negeri Girinara, negeri Ujaini, wilayah Pulau Singhala, dan banyak dari se jumlahkap. Mereka yang melarikan diri, 214 wilayah di negeri Bharata (India) sebelah selatan, yang mengungsi, |
At first there was no obstacle for fleeing people. From the Kalinga region, viz. the country of Girinara, the country of Ujaini, the island of Singhala, and others. they fled the areas in the southern part of Bharata (India). |
Mereka ada yang berdiam di wilayah Hujung Mendini, Swarnabhumi (Pulau Sumatera) dan sejumlah pulau di bumi Nusantara, tetapi terutama yang banyak menuju Pulau Jawa, di antaranya di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. |
There were those who settled in the Hujung Mendini (Malay Peninsula), Swarnabhumi (Sumatra Island) and a number of islands in the Archipelago, but most of them went to Java, viz. East Java and Central Java. |
Establishment of Keling Kingdom in Java
Lama-kelamaan orang-orang dari Kalingga dan warga masyarakat yang telah ada di sini berkumpul menjadi satu, saling tolong-menolong, saling berbimbingan tangan, bersaudara dan bersahabat sangat satia. Oleh karena itu lama kelamaan berdirilah kerajaan Keling di bumi Jawa. |
Gradually people from Kalinga and people who had been here gathered together, helped with each other, cooperated with each other, and became “saudara” and very loyal friends. Thus, over time, the Keling kingdom was established in Java. |
Adapun Sri Maharaja Cina mendukung, memberi bantuan berbagai persenjataan yang lengkap, berbagai khazanah kerajaan dan angkatan bersenjata serta yang lainnya lagi. |
The Emperor of China supported, provided assistance with various complete weapons, various royal treasures and armed forces and others. |
Adoption of Buddhism by the king of Asoka
Selanjutnya dikatakan oleh sang mahakawi (pujangga besar), Sri Maharaja Asoka dalam setiap peperangan beroleh kemenangan dan menjadi penguasa di wilayah Bharata (India), kemudian ia memeluk agama Buddha. Sri Mahárája Asoka ka amat takwa kepada agama Buddha. |
Furthermore, it is said by the mahakawi (great poet) that Sri Maharaja Asoka won every battle and became the ruler of the Bharata region (India). Then, he embraced the Buddhism. |
Oleh karena itu ia sebagai raja dan pendeta Buddha, atau disebut juga raja, pendeta. |
Sri Maharaja Asoka devoted to Buddhism. Therefore, he became a Buddhist king and priest, or called a king-priest. |
Sri Maharaja sangat saleh dan sangat berilmu. Oleh karena itu tidak sudi lagi berperang, berbu at jahat, tidak mau melakukan kekerasan, Sadie karena hal itu adalah perbuatan yang salah. |
Sri Maharaja was very pious and very knowledgeable. Therefore, he did not want to go war anymore, do bad things, do violent or sadistic things because they were wrong things to do. |
Selanjutnya dikata-kannya pula, adapun Sri Maharaja Asokawardhana, isterinya dua orang [di antaranya], masing-masing, yaitu sebagai prameswari, Dewi Asandimitra namanya, putri raja negeri Ujaini, ialah Raja Dewadata namanya. ... |
Furthermore, it is also said that Sri Maharaja Asokawardhana had two wives. The primary wife named Dewi Asandimitra was the daughter of the king of Ujaini county, named Raja Dewadata. ... |
[1] Saura is a denomination of Hinduism.
[2] A. B. Lapian, “The Maritime Network in the Indonesian Archipelago in the Fourteenth Century”, SPAFA Digest,Vol. 6, No.1, 1985, pp40-45
English Translation of “Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Parwa 2 Sargah 4: Part 31 – 78, Part 191 – 217”
[PRRIBN2-4_part_31_78]
Source Indonesian Text:
Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara Parwa 2 Sargah 4. Obtained from: https://hystoryana.blogspot.com/2020/06/pustaka-rajyarajya-i-bhumi-nusantara.html, June 19, 2020
The title/summary in English-column added by M. Iguchi.
The contents were divided into paragraphs and titles/résumés were added by the present author.
Sanjaya’s birth, ancestors, relatives in West Java
Adalah seorang pemuda Sunda (yang) hitam, Sanjaya namanya. la (adalah) anak Bratasenawa, raja Galuh di wilayah Jawa Barat. Ia mahir memainkan senjata dan gemar berburu binatang di hutan rimba, dan karenanya selalu gemar menginap di dalam hutan dan terlunta-lunta. Ia tidak takut terhadap binatang buas atau orang sebagai musuhnya, karena wataknya yang suka hutan itu. (31) |
There was a Sundanese man of black skin named Sanjaya. He was the son of Bratasenawa, the king of Galuh in the West Java region. He was good at playing weapons and liked to hunt animals in the jungle, and because of that he always liked to stay in the forest and be stranded. He was not afraid of wild animals or people opposed him, because of his forest-loving personality. (31) |
Adapun Sanjaya adalah keturunan sang Resiguru Manikmaya Prabhuguru, atau raja daerah Kendan. Selanjuinya dikisahkan sekarang berkuasa di kerajaan Galuh dan kerajaan Sunda di wilayah (Jawa) Barat demikian. Sang Resiguru Manikmaya namanya, datang dari Jawa Timur, tetapi negara asal-mulanya ialah negara India dari keluarga Salankayana. Ada beberapa negara di antaranya yaitu Gaudi, Mahasin, Hujungmedini, Suwamabhumi, Gohnusa yaitu pulau Bali, juga negara Syangka, Yawana, Cina dan berbagai negara, dulu sudah dikunjunginya. (32) |
Sanjaya was a descendant of Sang Resiguru Manikmaya Prabhuguru, the king of the Kendan area and had a power in the Galuh kingdom and the Sunda kingdom in the West Java region. Sang Resiguru Manikmaya came from East Java but his original country was India, the Salankayana family. In the past he had visited a number of countries including Gaudi, Mahasin, Hujungmedini, Suwamabhumi, Gohnusa in the island of Bali, as well as the country of Syangka, Yawana, China and others. (32) |
Dari Sang Resiguru Manikmaya yang beristrikan Dewi Tirthakancana namanya, yaitu anak maharaja Tarumanagara, Suryawarman namanya, kemudian sang Resiguru dihadiahi daerah, yaitu Kendan namanya, dan lengkap dengan pengikutnya, bersenjata lengkap. la dirajakan di daerah Kendan sebagai rajaresi, sang maharaja memberinya semua benda yang patut untuk raja. (33) |
San Resiguru Manikmaya wedded Dewi Tirthakancana, a daughter of Maharaja Tarumanagara, Suryawarman, who then was Sang Resiguru in the Kendan area with fully armed followers. He was made the king in Kendan area as a Rajaresi; Sang Maharaja gave him all the things decent for a king. (33) |
Begitu juga semuapakaian yang sesuai bagi raja dan permaisuri, dan petinggi kerajaan, serba indah dan serba lezat hidangannya. Seluruh raja daerah, yaitu seluruh kerajaan di wilayah Jawa Barat dikirimi surat oleh sang maharaja Tarumanagara, bahwa Rajaresi Kendan Janganlah dimusuhi karena sang Rajaresi Kendan adalah menantuku, jadikan sahabat olehmu semua. Lagipula sang rajaresi Guru Kendan sebagai brahmana yang sempurna ilmunya, dan ia sudah berjasa untuk sanghyang Agama. (34) |
Likewise, all the clothes that were suitable for the king and empress and royal officials were all beautiful and all delicious foods were there. All regional kings in the West Java region received a letter from the Maharaja of Tarumanagara that stated the (new) Sang Rajaresi Kendan must not be hostilised, because he is my son-in-law, and must be made friends by all of you. Besides, he was like a Brahman who was perfect in knowledge and he had already succeeded to the Sanghyang Religion. (34) |
Siapa yang memusuhi Rajaresi Guru Kendan akan dihukum mati dan kerajaannya kemudian kulenyapkan: Dari perkawinan putri Tarumanagara, Dewi Tirthakancana dengan sang Resiguru Manikmaya, raja di Kendan, beranak beberapa orang, lelaki dan perempuan. Salah satu di antaranya ialah rajaputra Suraliman namanya. Ketika sudah duapuluh tahun usia anak itu, kian terlihat ketampanan tubuhnya, dan mahir berperang. Karena itu ia dijadikan senapati perang.(35) |
Anyone who was hostile to Rajaresi Guru Kendan will be sentenced to death and his (regional) kingdom will then be eliminated. From the marriage of Dewi Tirthakancana with Manikmaya were born several children, male and female. One of them was Prince Suraliman. When the child was twenty years old, he looked more handsome and adept at fighting. Because of that he was made the minister of war. (35) |
Kemudian menjadi panglima tentara Tarumanagara. Setelah ayahnya, yaitu sang Rajaresi Guru Kendan meninggal, panglima Suraliman dirajakan di Kendan, menggantikan ayahnya. Ketika itu tanggal duabelas parogelap, bulan Asuji, empatratus sembilan-puluh tarikh Saka. Sang Suraliman dalam perang ia selalu mengungguli musuhnya karena tindakannya yang berani dan perkasa raja Kendan. Dari perkawinannya dengan putri Bakulapura, putropadana nira sakeng kudungga menurut asalnya, sang Suraliman beranak dua orang, lelaki dan perempuan.(36) |
Then he became the commander of the Tarumanagara army. After his father died, Suraliman was made the king in Kendan, replacing his father. It was the twelfth day of Parogelap, the month of Asuji (= Asvina), 490 Saka. In war Sang Suraliman always outperformed his enemies because of his brave and mighty actions. Sang Suraliman wedded Putropadana Nira, a princess of Bakulapura (originated by Kudungga, East Kalimantan) begot two children, male and female. (36) |
Diantaranya masing-masing, anak sulung yaitu Sang Kandihawan atau sang Rajaresi Dewaraja, atau sang Layuwatang namanya lagi; sedangkan anak bungsu, adik sang Kandihawan, yaitu Sri Dewi Kandiyawati namanya, gadis yang sempuna kecantikannya, jelita rupanya. (37) |
The first child was Sang Kandihawan or Sang Rajaresi Dewaraja, or Sang Layuwatang, whereas the second child was Sri Dewi Kandiyawati, who was a girl of perfect charm, beautiful in appearance. (37) |
Sri Dewi kemudian berjodoh dengan orang kayadari Suwamabhumi, dan dia berdiam di kampung halaman suaminya. Sang Suraliman menjadi raja Kendan lamanya duapuluh sembilan tahun. Setelah meninggal, anaknya, sang Kandihawan yang berdiam di Medangjati menggantikan ayahnya. Tetapi sang Kandihawan menjadi raja di Medangjati, lamanya limabelas tahun. Adapun sang Kandihawan ketika menjadi raja daerah dengan nama nobat sang Bhatara Wisnu di Medanggana negaranya, atau Medangjati namanya lagi. (38) |
Sri Dewi then had an affair with a rich man from Suwamabhumi (Thailand), and she stayed in her husband's hometown. Sang Suraliman became the king of Kendan for 29 years. After his death, his son, the Kandihawan, who had lived in Medangjati for 15 years, succeeded his father. When he had become the king of the region, his was given the throne name, Bhatara Wisnu in Medanggana, or Medangjati. (38) |
Sang Kandihawan beranak beberapa orang lelaki. Salah satu di antaranya adalah sang Wretikandayun, ia menggantikan ayahnya menjadi raja. Tetapi ia menjadi raja di daerah Galuh, kemudian menjadi rajaresi di daerah Menir. Sang Wretikandayun dinobatkan menjadi raja di Galuh tanggal empatbelas paroterang, bulan Caitra, limaratus tigapuluhempat tarikh Saka. Itulah pertama mulainya berdiri kerajaanGaluh di Jawa Barat, pulau Jawa. (39) |
San Kandihawan had several sons. One of them was Sang Wretikandayun, he succeeded his father to become the king of Galuh area on the 14th day of Paroterang, the month of Caitra, 534 Saka, and the Rajaresi in the Menir area. The Wretikandayun was crowned king in Galuh. That was the beginning of the Galuh Kingdom in West Java, the island of Java. (39) |
The situation of Tarumanagara after the death of Linggawarman in the west region of West java
Inilah kisahnya lagi. Setelah Sang Maharaja Linggawarman meninggal, kebesaran kerajaan Tarumanagara sudah tidak seberapa. Sebabnya, masing-masing kerajaan kecil di Jawa Barat ingin memutuskan ikatannya dengan kerajaan Tarumanagara di ibukotanya, karena sang maharaja digantikan oleh menantunya. Keinginan kerajaan sebelah timur yang dikuasai oleh raja Galuh, yaitu sang Prabhu Wretikandayun. (40) |
Here is another story. After Sang Maharaja Linggawarman died, the greatness of the Tarumanagara kingdom was insignificant because each of the small kingdoms in West Java wished to cut ties with the capital of Tarumanagara kingdom, inherited by his son-in-law (Tarusbawa). The wish of was strong in the eastern kingdom controlled by the king of Galuh, Sang Prabu Wretikandayun. (40) |
Tetapi begitu sang Tarusbawa sudah mengabari ke banyak negara (bahwa) sekarang raja Tarumanagara sudahdigantikan olehnya. Adapun sang maharaja Tarusbawa menyuruh utusan Tarumanagara mengunjungi beberapa kerajaan di Nusantara dan kerajaan-kerajaan di negara India. Cina, Campa, Kamboja, Sanghyang Hujung, Gaudi, Singhala, dan banyak lagi lainnya. Peristiwa itu (terjadi) sembilan paroterang, limaratus sembilanpuluh satu tarikh Saka. (41) |
But once the Tarusbawa had informed many countries that now the king of Tarumanagara was replaced by him and ordered Tarumanagara's envoys to visit several kingdoms in the archipelago and kingdoms in India, including China, Campa, Cambodia, Sanghyang Hujung, Gaudi, Singhala, and many others. The incident occurred in the 9th Paroterangs, 591 Saka. (41) |
Tetapi setahun kemudian, yaitu (tahun) limaratus sembilanpuluh Saka, raja Galuh mtngulus dutanya ke ibukota, yaitu kota raja Tarumanagara. Sama (maksudnya) dan bermaksud memberitahukan bahwa kerajaan Galuh tidak ingin lagi mengabdi ke kerajaan di sebelah barat, yaitu Tarumanagara. Adapun ujar sang Prabhu Galuh didalam suratnya. demikian: ''Sejak sekarang, aku dan semua kerajaan yang termasuk sebelah timur sungai Taruma. tidak lagi lebih rendah dari Tarumanagara, jadi lidak lagi memperajakan anda, hanya tidak putus dan lebih baik kita mempererat persahabatan. (42) |
But one year later, 590 (?) Saka, the king of Galuh sent his ambassador to the capital of the king of Tarumanagara to inform that Galuh Kingdom no longer wants to serve Tarumanagara. Sang Prabu Galuh said in his letter, “From now on, I and all the kingdoms that belong to the east of the Taruma river will be no longer under Tarumanagara, so no longer invite you, just not disconnected, and we had better strengthen friendship.”(42) |
Dan begilulah, desa-desa yang termasuk sebelah (barat) sungai Taruma ada di bawah kekuasaan anda, sedangkan desa-desa timur sungai Taruma, berada di bawah kekuasaanku. Dan aku sejak sekarang tidak lagi menghadap kepada anda. Maka, janganlah tentara anda menyerbu ke kerajaanku, yaitu Galuh Pakuan, karena demikian itu sia-sia saja, yaitu karena Galuh sangat besar tentaranya, besarnya tiga kali seluruh tentaranya, dan persenjataan perangnya lengkap. (43) |
“So, the villages which belong to the (west) side of the Taruma river are under your control, whilst the villages east of the Taruma river, are under my control. And since now I will no longer face you. So, don't let your army invade my kingdom, Galuh Pakuan, because that will be in vain as Galuh has a very large army, three times the size of his entire army withe complete weaponry.” (43) |
Lagipula, banyak-kerajaan di (bagian) tengah Jawadwipa dan Jawa Timur yang bersahabat denganku, dan memberikan kekuasaan yang besar bagi tentaraku. Nah, anda sudah tahu semuanya; sekarang baiklah kita bersaudara, mengharapkan negara kita makmur adanya, penduduknya sejahtera, dijauhkan dari bahaya besar (oleh) Hyang mahakuasa dengan melenyapkan siapa punyang berwatak pemarah, dan serakah, serta tak menghargai keinginan sesama orang. (44) |
“Moreover, many kingdoms in the central (part) of Jawadwipa and East Java were friendly to me, and gave great power to my soldiers. Well, you know it all. Now let us be brothers, hope our countries will prosper, the people will prosper, be kept away from great danger (by) the Almighty by eliminating anyone who is angry, greedy, and does not respect the wishes of fellow people.” (44) |
"Adapun awalnya berdiri kerajaan Galuh ialah pada empatbelas paroterang, bulan Caitra, limaratus tigapuluh empat tarikh Saka. Tetapi, selama tigapuluh tujuh tahun kerajaan Galuh mengabdi kepada kerajaan Tarumanagara, sebabnya, kerajaan Galuh terhitung kerajaan kecil, tetapi kian lama kian besar dan berkuasa. Besar tentaranya. (45) |
The initial establishment of Galuh Kingdom was on the 14th day of Paroterang, the month of Caitra month, 534 Saka. Nevertheless, for 37 years the kingdom had served the Tarumanagara kingdom, because Galuh kingdom was regarded as a small kingdom, but in due course it grew bigger and stronger with large military power. (45) |
Sang Prabhu Wretikandayun menjadi raja lamanya sembilanpuluh tahun. Ia beristrikan putri sang Resi Makandriya, yaitu Nay Manawat dengan nama nobat Dewi Candrarasmi, karena sang Dewi cantik jelita, elok nian parasnya, bagaikan bidadari yang berdiam di bumi. Dari perkawinan sang Wretikandayun dengan Nay Candrarasmi, beranak lelaki tiga orang, di antaranya masing-masing ialah, anak sulung sang Sempakwaja namanya, menjadi resiguru dan berdiam di daerah Galunggung. (46) |
Sang Prabu Wretikandayun reigned for ninety years. He wedded the daughter of Resi Makandriya, named Nay Manawat, with the throne name Dewi Candrarasmi. She was charming, beautiful in appearance, like an angel who lives on earth. From the marriage were born three sons, The eldest son, Sand Sempakwaja, became the Resiguru and lived in the Galunggung area (near Tasikmalaya). (46) |
Anak tengah sang Wanayasa atau Rahyang Kidul namanya lagi, menjadi resiguru di daerah Denuh; dan anak bungsu ialah sang Mandiminyak atau ketika kecil disebut sang Amara namanya lagi. la kemudian menjadi raja Galuh menggantikan ayahnya. Ketika berusia muda, ia sebagai wakil sang raja, karena ia rnenjabat rajamuda di istana Galuh. Begitu juga ia menganugerahi beberapa petinggi di seluruh negara. (47) |
The middle son, Sang Wanayasa or Rahyang Kidul, became the Resiguru in the Denuh area. The youngest son, Sang Mandiminyak, who, when young, was called Sang Amara. He later became king of Galuh in place of his father. When he was young, he represented the king as the crown prince in the Galuh's palace and awarded several high-ranking officials throughout the country. (47) |
Sena, an illegitimate son of Mandiminyak and his sister-in-law. Pohaci Rahabu
Sang Sempakwaja beristrikan Nay Pohaci Rababu, kemudian beranak dua orang lelaki, yaitu sang Demunawan namanya, dan sang Parbasora namanya. Dari hubungannya yang tidak senonoh, di antaranya sang Mandiminyak menyanggamai Nay Pohaci Rababu, istri abangnya, kemudian beranak seorang lelaki, yaitu sang Bratasenawa namanya. Sang raja Galuh Pakuan, yaitu Mandiminyak, tidak suka melihat abangnya, sang Sempakwaja, kawin dengan Nay Pohaci Rababu. (48) |
Sang Sempakwaja wedded Nay Pohaci Rababu and begot two sons, Sang Demunawan and Sang Parbasora. From an improper relation between Sang Mandiminyak and Nay Pohaci Rababu, his brother's wife, a son named Sang Bratasenawa (Sena) was born. The king of Galuh Pakuan, Sang Mandiminyak, did not like to see his brother, Sang Sempakwaja marry Nay Pohaci Rababu. (48) |
Sebabnya, sang Mandiminyak sangat terpesona dan berahi terhadap si cantik karena Pohaci Rababu wanita yang sangat elok parasnya. Paras yang jelita demikian itu sangat langka, tampak tubuhnya kemilau dalam permata yang dipakainya, bagaikan bidadari turun dari surga dan berdiam di bumi Galuh. Kemudian tersebutlah, sang Mandiminyak mengadakan pesta besar diistana Galuh pada malam empat belas paroterang, ketika bulan purnama. (49) |
The reason was that Sang Mandiminyak was very fascinated and had a passion towards the charming Pohaci Rababu who was a very pretty woman. Such a beautiful face was very rare, her body looked sparkling in the jewels she wore, like an angel descended from the heaven and dwelled on the land of Galuh. At the time mentioned, Sang Mandiminyak held a big party at Galuh's palace on the night of the 14th day Paroterang, when the moon was full. (49) |
Pesta besar itu tampak sangat meriah (karena) ketika itu sang Mandiminyak adalah sang putra sebagai wakil sang raja, dan menganugerahi banyak petinggi negara. Adapun semua keinginan sang putra selalu dikabulkan. Begitulah, pesta besar sang Mandiminyak itu pun oleh ayahnya disetujui. Selanjutnya dikisahkan tentang pesta besar di istana Galuh itu, yang mengundang dalam pesta besar itu adalah sang Wretikandayun, raja Galuh Pakuan. (50) |
The big party looked very festive (because) at that time Sang Mandiminyak was the son who was the representative of the king, and awarded many high-ranking state officials. The son's wishes were always granted. Thus, the great party of Mandiminyak was approved by his father. Furthermore, it is told that among invited for the party was the Wretikandayun, the king of Galuh Pakuan. (50) |
Karena itu seluruhnya bersama datang keistana. Sang ayah tidak tahu ulah anaknya, yaitu sang Mandiminyak yang mengalahkan perilaku anaknya itu tidak patut. Datanglah ke situ banyak raja daerah, petinggi, senapati, sang juru, nangganan, dan pengikut mereka, Rahyang Sempakwaja tidak datang karena ia sedang sakit, hanya istrinya Nay Pohaci Rababu datang ke istana Galuh. Pada waktu tersebut, tak terkatakan nyaringnya, dan terdengar alunan gending sebagai acara pesta, dan diiringi para penyanyi yang hebat. (51) |
Because all guests came to the palace together. The father did not know about the attitude of his son, Sang Mandiminyak, his son's inappropriate behaviour. There came many local kings, high ranking officials, commanders, experts, nangganan (?), and their followers. Rahyang Sempakwaja did not come because he was sick, so only his wife Nay Pohaci Rababu came to Galuh's palace. At that time, it was unspeakably loud as the music was heard as a party event, accompanied by great singers. (51) |
Semua mereka yang datang dijamu dan di suguhi hidangan serba lezat. Pada waktu tidur (malam), sang Mandiminyak datang ke penginapan Nay Pohaci Rababu. Mulanya si jelita itu bimbang dan malu, ketika pertama disambut lengan kanan yang kukuh, dan dipeluk disuruh tidur. Hatinya berdebar karena wajah dan tubuh si jelita itu senantiasa dipeluk oleh sang Mandiminyak. Kemudian keduanya bermain cinta, berpelukan, lalu keduanya tak mengenakan pakaian, lalu bersanggama dan kemudian menangis karena merasakan nikmatnya bersanggama. karena ia sudah tercapai dan terpuaskan niatnya. (52) |
All those who came were ushered and served with delicious dishes. At bedtime (at night), Sang Mandiminyak came to the inn of Nay Pohaci Rababu. At first the beautiful girl was confused and ashamed, when she was first greeted by a strong right arm and hugged and told to sleep. Her heart was pounding because the face and body of the beautiful woman was kept embraced by Sang Mandiminyak. Then the two of them played love, hugged, took off their clothes, and copulated and cried as they feel the pleasure of having sex. Mandiminyak had accomplished his intention and satisfied. (52) |
Sampai esoknya, kemudian keduanya berdandan. Maka Nay Pohaci Rababu berdiam di istana Galuh selama empat malam tidur, karena berlebih-lebih demikian itu, akhirnya ketahuanlah dia oleh suaminya, setelah itu dia kelihatan mengandung. Maka suaminya itu tidak ingin menyanggamai istrinya yang sudah berlaku serong dan tidak patut. Akhirnya lahirlah anak lelaki, sang Sena namanya. Lalu anak si bersalah itu diberikan kepada sang Mandiminyak la tak berkata, karena anak ituanaknya sendiri. (53) |
Next day, the two of them dressed up. Nay Pohaci Rababu stayed in the Galuh palace for four nights and slept there, excessively like that. Her husband finally knew about her conduct, when she looked pregnant. So, the husband did not want to copulate his wife who had acted with an improper person. Finally, a boy was born, named Sena. Then the illegitimate son was given to Sang Mandiminyak. He did not say any as the child was his own. (53) |
Dalam pada itu sang Sempakwaja sangatlah cinta terhadapistrinya sehingga tidaklah dia menghukum segala perilaku istrinya, dan kembali menjadi satu lagi. |
Meanwhile, since Sang Sempakwaja loved his wife so much that he did not punish her conduct and became united again. |
Mandiminyak’s wife, Parwati, was a daughter of Kartikeyasingha and Sima of Keling. Sannaha (daughter) and\. Narayana, another child (son) were their children
Adapun sang Prabu Mandiminyak beristrikan Dewi Parwati namanya, putri raja Keling yaitu Prabu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima. Dari perkawinan sang Prabu Mandiminyak dengan Dewi Parwati, beranak perempuan, yaitu sang Dewi Sannaha namanya; sedangkan adik Dewi Parwati, yaitu sang Prabu Narayananamanya, menjadi raja di negara (bagian) selatan tanah Jawa Tengah. (54) |
As for King Mandiminyak, his wife was Dewi Parwati, the daughter of Prabu Kartikeyasingha and Dewi Sima of the king of Keling. From the marriage of Prabu Mandiminyak and Dewi Parwati was born a daughter, named Dewi Sannaha, and a younger son, Prabu Narayana who was to become the king in the southern country (part) of Central Java. (54) |
Selanjuinya, kisahnya lagi, Sang Dewi Sannaha diperistri oleh sang Bratasena. Dari perkawinan mereka lahir anak lelaki, yaitu Sanjaya namanya. Sang Prabu Narayana beristrikan putri raja kerajaan Singhanagara di daerah Jawa Barat. |
Next story. Sang Dewi Sannaha wedded Sang Bratasena. From their marriage a son named Sanjaya was born. Sang Prabu Narayana was married to the daughter of the king of Singhanagara in West Java. |
The origin ofKalingan(Kaling) kingdom was India.
Selanjutnya, menurut tulisan dan tuturan sang mahakawi dari Jawa Tengah, inilah kisah yang benar. Kerajaan Kalingan disebut oleh orang Jawa yaitu kerajaan Kaling ada di Jawa Tengah ke Jawa Timur sejak mulai berdirinya, Wangsa itu asal-mulanya dari negara India sebelah selatan, yang sudah diketahui oleh sang mahakawi, yaitu sang Prabu Kartikeyasingha, berkuasa di kerajaan Keling di Jawa. (55) |
Furthermore, according to the writings and words of the mahakawi (poet laureate) from Central Java, it is the true tale that Kalingan Kingdom, called by Javanese people as Keling Kingdom, existed in Central Java to East Java ever since it was established there. The family originally came from the southern part of India. To the knowledge of the mahakawi, Prabu Kartikeyasingha ruled the kingdom in Java. (55) |
Keling had close relationship with China, exchanged ambassadors
Ia menjadi raja selama delapan tahun. Kerajaan Keling bersahabat erat dengan kerajaan Cina: duta kerajaan Cina ada disitu, duta kerajaan Keling ada di sana. Sang prabu selalu menyuruh sang petinggi, rajamuda sebagai duta Keling, karena maharaja Cina memberikan perlindungan terhadap sang Prabu. (56) |
He was king for eight years. The Keling Kingdom was close to the Chinese kingdom: the Chinese royal ambassador was here, the Keling royal ambassador was there. The king (Kartikeyasingha) always ordered the top official, the crown prince as the ambassador of Keling, because the Chinese emperor provided protection for the King. (56) |
Afte Kartikeyasingha died, Sima inherited the throne (596-617)
Dari perkawinan sang Prabu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima, beranak beberapa orang, perempuan dan lelaki. Dua orang di antaranya, yaitu Dewi Parwati Pretiwi namanya, diperistri oleh sang Prabu Mandiminyak dari kerajaan Galuh. Kedua, sang Narayana namanya, berisirikan putri raja dari Jawa Timur. Setelah sang Prabu Kartikeyasingha meninggal. kemudian digantikan oleh istrinya, Dewi Sima dengan nama nobat Sri Maharani Mahisasuramardini Satyaputikeswara. Dia menjadi raja lamanya duapuluh satu tahun; mulainya memerintah kerajaan pada (tahun) limaratus sembilan puluhenam sampai enamratus lujuhbelas tarikh Saka. (57) |
With marriage to Dewi Sima, Prabu Kartikeyasingha had two children, female and male. Dewi Parwati Pretiwi married to Prabu Mandiminyak of Galuh Kingdom. Narayana married to a princess from East Java. After Sang Prabu Kartikeyasingha died, he was replaced by his wife, Dewi Sima with the throne name, Sri Maharani Mahisasuramardini Satyaputikeswara. She reigned for 21 years from 596 to 617 Saka. |
After Sima died, the kingdom was divided into two,north part Parwati(daughter)south part by Narayana
Setelah Dewi Sima meninggal, kerajaan dijadikan dua, yaitu sebelah utara diperintah oleh Dewi Parwati, sebelah selatan dikuasai oleh sang prabu Narayana. |
After Dewi Sima died, the kingdom was divided into two. The north part was ruled by Dewi Parwati, whilst the south part was controlled by Sang Prabu Narayana. |
Sannaha, daughter of Parwati, married to Bratasenawa(Sena), gave birth to Sanjaya
Dewi Sannaha, putri Dewi Parwati, diperistri oleh sang Bratasenawa, kemudian menjadi raja beresama dengan isirinya. Dari perkawinan Dewi Sannaha dengan sang Prabu Bratasenawa, beranak lelaki, yaitu Sanjaya namanya. Selanjutnya, sang mahakawi mengisahkan. (58) |
Dewi Sannaha, daughter of Dewi Parwati, married to Sang Bratasenawa, who became the ruler along with his wife. From the marriage of Dewi Sannaha and Prabu Bratasenawa was born a son named Sanjaya. Sang Mahakawi told more stories. (58) |
Further descendants
Adapun sang Prabu Narayana beranak beberapa orang, seorang diantaranya sang Prabu Dewasingha namanya, yang menggantikan kekuasaan ayahnya. Selanjutnya sang Prabu Dewasingha beranak beberapa orang, dua orang di antaranya yaitu yang lelaki sang Prabu limwa dengan nama nobat sang Prabu Gajayana, yang perempuan, adiknya, yaitu Dewi Sudhiwara namanya, diperistri oleh Sanjaya. Di kerajaan Keling Sanjaya menjadi rajamuda, lalu kerajaanhya bernama Medang. Dari perkawinan Sanjaya dengan Dewi Sudhiwara sebagai permaisuri Medang di Bumi Mataram di Jawa Tengah. beranak beberapa orang. (59) |
Prabu Narayana had a son named Prabu Dewasingha, who succeeded his father's power. Then the Prabu Dewasingha had two children, a male named Prabu Limwa with the throne name Sang Gajayana, and a female, Gajayana’s younger sister, named Dewi Sudhiwara, whom Sanjaya took to wife. In the kingdom of Keling, Sanjaya became the crown prince, and then his kingdom was named Medang. From Sanjaya's marriage to Dewi Sudhiwara, who was the first consort of Medang di Bumi Mataram in Central Java, was born several children. (59) |
Salah seorang di antaranya sang pemuda Dyah Sangkara atau Rakai Panangkaran dengan nama nobat Sri Maharaja Tejahpurnapana Panangkarana, lahir tahun enamratus tigapuluhsembilan tarikh Saka. Selanjutnya keturunannya, raja-raja di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dari perkawinannya dengan putri Sunda, anak Rakeyan Sundasembawa, yaitu Nay Sekar Kencana atau Dewi Tejakancana Hayu Purnawangi, beranak sang Tamperan namanya. Selanjutnya keturunannya, raja-raja di daerah Jawa Barat. (60) |
One of them was Dyah Sangkara or Rakai Panangkaran with the throne name Sri Maharaja Tejahpurnapana Panangkarana, born in 639 Saka. Also, Sanjaya had married to a princess of Sunda, named Nay Sekar Kencana or Dewi Tejakancana Hayu Purnawangi, who was the daughter of Rakeyan Sundasembawa (=Tarusbawa), and begot Sang Tamperan.(60) |
Selanjutnya sang Prabu Gajayana beranak perempuan, Dewi Utteyana namanya, sebagai istri sang Prabu Pradabuta namanya. Dari perkawinan Dewi Utteyana dengan sang Prabu Pradabuta beranak beberapa orang, satu diantaranya lelaki sang prabhuanandhana jayengwana. (...) cucu maharaja Sunda sang Tarusbawa, yaitu Dewi Sekarkancana dengan nama nobat Dewi Tejakancana hayu Purnawangi, yang beranak beberapa orang, salah seorang di antaranya Rahyang Tamperan, yang selanjutnya keturunannya (menjadi) raja-raja di Jawa Barat. (61) |
Prabu Gajayana had a daughter, Dewi Utteyana, who became the wife of Prabu Pradabuta and bore a child named Prabu Anandhana Jayengwana. (...) Married to Sanjaya, the grandson of Maharaja Sunda, Sang Tarusbawa, Dewi Sekarkancana with the throne name of Dewi Tejakancanahayu Purnawangi, gave birth to Rahyang Tamperan, whose descendants later became kings in West Java. (61) |
Rakai Panangkaran dua orang istrinya. Pertama, putri raja dari Jawa Timur, beranak beberapa orang; salah seorang di antaranya ialah Rakai Panunggalan dengan nama nobat raja Rakai Lingganagarottama, menggantikan ayahnya menjadi raja Medang di bumi Mataram di Jawa Tengah, dengan ibukotanya Mamratipura namanya. (62) |
Rakai Panangkaran had two wives. The first one, a princess from East Java bore a child named Rakai Panunggalan. After his father he became the king of Medang in Mataram in Central Java, with the throne name, Rakai Lingganagarottama. The capital was Mamratipura. (62) |
Sedangkan Rakai Panangkaran juga menjadi raja menggantikan ayahnya, yaitu Rakai Sanjaya. Rakai Sanjaya adalah yang pertama (menjadi) raja Medang di bumi Mataram dengan nama nobat sang Prabu Sanjaya Ksatrabhima Parakrama Yudhenipuna Bratasenawa putra. Sebabnya Sanjaya sudah berhasil unggul dalam perang, sudah banyak negara ditundukkannya, hampir seluruh Jawadwipa dikuasai olehnya. Demikian juga banyak negara diSuwarnabhumi kalah olehnya. (63) |
Meanwhile, Rakai Panangkaran himself became king replacing his father, Rakai Sanjaya, the first king of Medang in Mataram with the throne name, Sang Prabu Sanjaya Ksatrabhima Parakrama Yudhenipuna Bratasenawa. Sanjaya became the king of Medang because he had succeeded in winning wars, conquering many countries, and almost all of Jawadwipa became under his control. Likewise, many countries in Suwarnabhumi (Thailand) lost to him. (63) |
Panangkaran, son of Sanjaya, wedded Dewi Tarapramathama of Sailendra. Their daughter, Yasodhara, married to Dharanindra of Sailendra
Selanjutnya dalam kisahnya, istri kedua Rakai Panangkaran ialah putri dari keluarga Sailendra, Dewi Tarapramathama namanya. Beranak beberapa orang, salah seorang di antaranya ialah si sulung perempuan, yaitu Dewi Yasodhara namanya, diperistri oleh raja dari Sailendrawangsa, yaitu sangprabu Dharanindra atau Sri Wirawairimathama namanya lagi. Sebagai permata Sailendrawangsa sama di bumi Jawa. Dengan istri yang kedua, yaitu Dewi Satyadharmika namanya, sang Rakai Panangkaran beranak lelaki seorang, yaitu sang Panunggalan namanya menjadi raja dengan nama nobat Rakai Dyah Panunggalan Bima Parakrama Linggapawitrayawabhumandala. (64) |
It is told that the second wife of Rakai Panangkaran was a princess of the Sailendra family, Dewi Tarapramathama. Her eldest child was female, named Dewi Yasodhara, who was married to the king of Sailendra Clan, Sang Prabu Dharanindra or Sri Wirawairimathama who was regarded as thejewel of Sailendra Clan in Java. With the second wife, Dewi Satyadharmika, Rakai Panangkaran had a son, named Sang Panunggalan with the throne name, Rakai Dyah Panunggalan Bima Parakrama Linggapawitrayawa-bhumandala. (64) |
FromYasodharaand Dharanindra was born Samaratungga
Kelak Rakai Panunggalan menggantikan ayahnya menjadi raja Medang di bumi Jawa Tengah sebelah utara. Sedangkan sang Wirawairingmathama berkuasa disebelah selatan, yaitu di Bhumi Samara. Dari perkawinan sang Wirawairimathama dengan sang Dewi Yasodhara, beranak lelaki sang Prabu Samaragrawira atau Samaratungga namanya lagi. (65) |
Later Rakai Panunggalan succeeded his father to become king of Medang in northern Central Java. Meanwhile, Sang Wirawairingmathama (Dharanindra) had a power in one of the southern part, Bhumi Samara. From the marriage of the Wirawairimathama to Sang Dewi Yasodhara, was born a son, Sang Prabu Samaragrawira or Samaratungga. (65) |
Samaratungga built Bhahadur (Borobudur)
Kelak menggantikan ayahnya menjadi raja di Jawa Tengah sebelah selatan .Adapun Sailendrawangsa itu pemuja Budha, sedangkan Sanjayawangsa pemuja Siwa. Dalam (tahun) tujuhratus limapuluh empat tarikh Saka. sang Prabu Samaratungga mendirikan biara di Bhumi Sambara bernama Bhahadur, karena sang raja adalah pemeluk yang setia terhadap sanghyang Agama. Biara itu bhahadur, besarnya bagaikan gunung di bumi Jawadwipa. |
Later he succeeded his father as king in southern Central Java. The Sailendra Clan was a devotee of Buddhism, whilst the Sanjaya Clan was a devotee of Shivaism. In 754 Saka, Sang Prabu Samaratungga founded a monastery at Bhumi Sambhara named Bhahadur, because the king was a loyal follower of the Sanghyang Religion. The monastery, Bhahadur was as big as a mountain in Bumi Jawadwipa. |
Selanjutnya kisahnya lagi, sang Rakai Panggunggalan beranak beberapa orang. (66) |
The tale told about the children (offspring) of Sang Rakai Panggunggalan. (66) |
Dua orang di antaranya ialah sang Rakai Warak namanya, dan sang Rakai Garung. Sang Rakai Warak kemudian menjadi raja menggantikan ayahnya, selanjuinya menjadi raja Medang di Bumi Mataram yaitu Rakai Garung dengan nama nobat Dang Rakarayan Patapan Pupalar. Oleh penduduk raja-raja Sailendrawangsa dan raja-raja Sanjayawangsa disebut Sri Maharaja. Sebabnya mereka masing-masing menguasai beberapa raja daerah yang mengabdi kepada mereka masing-masing. |
Two of them are Sang Rakai Warak, and Sang Rakai Garung. After his father, Rakai Warak became king of Medang in Bumi Mataram, with the throne name of Dang Rakarayan Patapan Pupalar. By the inhabitants of Sailendra and Sanjaya Clans, their kings were called Sri Maharaja (lit. Glorious Great King) because they each control several regional kings who served them. (The relation of Panggunggalan’s two sons, Warak and Garung not clear in this paragraph.) |
Pikatan, the son of Garung, married to Pramodhawardhani, daughter of Samaratungga. Kayuwangi was a son between them
Rakai Garung kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu sang Rakai Pikatan,lalu Rakai Pikatan beristrikan putri sang Prabu Samaratungga, yaitu sangrani Pramodhawardhani namanya. (67) |
Rakai Garung was later replaced by his son, Rakai Pikatan, who wedded the daughter of Prabu Samaratungga, Sang Rani Pramodhawardhani. (67) |
Dari perkawinan sang rani Pramodhawardhani dengan sang Rakai Pikatan beranak btberapa orang. Seorang diantaranya ialah Rakai Kayuwangi namanya. |
From the marriage of Pramodhawardhani (throne name Sri Kahulunan) and Pikatan was born Rakai Kayuwangi. |
Other kingdoms in West Java and Central Java and the relationship between them
Adapun sang rani dengan nama nobat Sri Kahulunan, selanjutnya begini kerajaan-kerajaan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut tuturan beberapa sang mahakawi, sejak enamratus limapuluh empat tarikh Saka, di daerah Jawa Barat termasuk Jawa Pamotan, yaitu daerah antara daerah Jawa Barat sebelah timur dan daerah Jawa Tengah sebelah barat, Ketika itu ada liga raja yang berkuasa, yaitu raja Sunda atau kemudian disebut Pakwan Pajajaran, Rajaguru Saunggalah dan Galuh Pakuan dan termasuk Jawa Pamotan. (68) |
More kingdoms existed in West Java and Central Java. According to the narrations of a mahakawi, ever since 654 Saka, there were kingdoms in West Java, viz. in the area between the eastern part of West Java and the western part of Central Java. They were Pakuan Pajajaran, Rajaguru Saunggalah (=Demunawan), Galuh Pakuan (=Galuh Kingdom), Pamotan (at the mouth of Citanduy), ... (68) |
Adapun disebut begitu ialah karena daerah itu sebagai jembatan antara daerah Jawa dengan daerah Sunda. Di mana lampau, termasuk daerah kekuasaan raja Indraprahasta. (69) |
The area is the bridge between the Java and Sunda regions. The territory of King Indraprahasta was also included. (69) |
Tetapi akhirnya menjadi satu, sebabnya ialah banyak di antara putri Saunggalah diperistri oleh sang lelaki dari Sunda atau lelaki dari Galuh; putri Galuh diperistri oleh lelaki dari Sunda; putri Sunda diperistri oleh lelaki dari Galuh atau Saunggalah. Makanya ibu kota senandasa berpindah ke timur atau ke barat, berikut keluarga dan tentaranya, semua harta, kekayaan raja, pakaiannya dan keluarganya, sekeluarga lelaki dan perempuan, dan semua tentaranya lengkap dengan perlengkapan perang. (70) |
But in the end those kingdoms became united, as many princesses of Saunggalah married to men of Sunda and men Galuh, and vice versa. That is why the capital frequently moved to the east or to the west along with their families and soldiers, all wealth and belongings of the king and his families, men and women, and soldiers with whole war equipment. (70) |
Selanjutnya, aku tetap mendapat kebingungan dan sangat duka dalam menyusun (kisah) raja-raja Sunda, Saunggalah,dan Galuh yang berkuasa tersebut. Tetapi sedapat mungkin, akhirnya mengambil menurut pengetahuan tentang kisah yang sudah sama dan benar yang berhasil digunakan desa-desa. (71) |
Although I am still confused and very saddened in compiling (the story about) who ruled Sunda, Saunggalah, and Galuh who ruled, wherever possible, I have eventually referred to the knowledge from stories which were same and true among the villages. (71) |
Para peitnggi kerajaan kecil, beberapa pemuka agama, yaitu sang mahabrahmana, rasi, sang dharmadyaksa kewisnuan, sang dharmadhyaksa kesiwaan, dharmadhyaksa kebudayaan, beberapa orang duta dari negara sahabat, sang juru, dipati wedana, dan banyak lagi orang penting lainnya. Semua mereka didatangkan oleh Rahyang Sanjaya. Ada juga dengan perantaraan sang Prabu Bratasenawa; ada yang dengan perantaraansang rajaguru Demunawan mendatangkannya. (72) |
The officials of the small kingdom, some religious leaders (such as Sang Maha Brahmana), Rasi, Sang Dharmadhyaksa of Wisdom, Sang Dharmadhyaksa of Spirituality, Sang Dharmadhyaksa of culture, some ambassadors from friendly countries, the interpreter, Wedana, and many other important people. All of them were brought in by Rahyang Sanjaya. There were also the intermediaries of King Bratasenawa. There were some persons whom king Demunawan brought. (72) |
Ketika itu istana Galuh sebagai tempat berkukup semuanya. Sehabis semuanya bersidang di situ, menyatakan maksud seluruhnya, kemudian oleh Sanjaya Jawadwipa dijadikan beberapa Kerajaan daerah keluarga, di antaranya masing-masing yaitu kerajaan daerah Sunda dan termasuk semua raja daerahnya; daerah rajagama Saunggalah dan termasuk semua raja-raja daerahnya yang dikuasai oleh sang resiguru Demunawan dan keturunannya.(73) |
At that time, the palace of Galuh was a place for everyone. After all of them had met there and stated their full intentions, by order of Sanjaya, they made several regional kingdoms within the territories of Sunda Kingdom, Rajagama Saunggalah and Resiguru Demunawan and their descendants. (73) |
Sedangkan Galuh termasuk raja-raja daerah Galuh, Jawa Pamotan, yaitu Jawa Tengah sebelah timur sebagian, yang dikuasai oleh putra Rahyang Sanjaya, yaitu Rahyang Tamperan, kemudian Jawa Tengah yang tadinya bernama Galuh Purba, yaitu Galuh Keling, atau Medang awal di daerah Tengah, dijadikan dua kerajaan daerah, yaitu kerajaan Medang di Bumi Mataram yang menurut sang mahakawi selanjutnya, dan termasuk raja-raja daerahnya, dikuasai oleh sang prabu Bratasenawa dan Rahyang Sanjaya. (74) |
Galuh that included the areas of regional kings, Jawa Pamotan that was a part of the eastern area (of Jawa Tungah ?), controlled by Sanjaya's son, Rahyang Tamperan, and Jawa Tungah that was formerly called Galuh Purba, or known as Galuh Keling or the early Medang in the Central area, were made into two regional kingdoms. One was the Medang kingdom in Bumi Mataram, which according to the next mahakawi included the areas of small kings, was controlled by Sang Prabu Bratasenawa and Rahyang Sanjaya. (74) |
Pada waktu itu, sang Prabu Senna sebagai raja maritan, jadi kekuasaannya diberikan kepada anaknya, yaitu Rahyang Sanjaya yang menguasai kerajaan Medang di Bumi Mataram, sedangkan, ayahnya menjadi pertapa di dalam asrama sampai ia meninggal. Selanjutnya Sanjaya menjadi raja Medang di Bumi Mataram dengan ibukotanya Mamratipura, mulainya menjadi raja di tahun enam ratus limapuluh empat tarikh Saka. (75) |
At that time, Prabu Senna was a maritan (?) king, so his power was given to his son, namely Rahyang Sanjaya who controlled the Medang kingdom Bumi Mataram, whilst, his father became a hermit in a hut until he died. Sanjaya became the king in 654 Saka with the capital at Mamratipura. (75) |
Sedangkan Jawa Timur termasuk bumi Sambara dan raja-raja daerah yang ada di Jawa Tengah sebelah Timur, (mereka) dikuasai oleh sang Rakai Narayana dengan nama nobat sang Iswara Kesawalingga Jagatnata Bhuwatala, yaitu wangsa Keling, dan selanjutnya dikuasai keturunannya, kerajaan itu kelak oleh anaknya dipindahkan ke timur. Selanjutnya menurut kisahnya lagi, inilahraja Parwawarnana atau raja-rajayang beikuasa di kerajaan Jawa Tengah dan Jawa Timur di daerah Jawadwipa, termasuk nusa Bali. (76) |
East Java included Bumi Sambhara and regional kings in the eastern part of Central Java. The area was controlled by Sang Rakai Narayana, with the throne name Sang Iswara Kesawalingga Jagatnata Bhuwatala, of Keling Clan. Bumi Sambhara was then controlled by his descendant (=Dewasinga). The kingdom was later controlled by his son (=Gajayana). He moved the kingdom to the east (=Kanjuruhan). According to the tale, these kings were Parwawarnana(?) who was powerful in Central Java and East Java in Jawadwipa as well as the island of Bali. (76) |
Sanjaya. when became the king of Medang, erected a stone inscription and phallus for God Siwa
Beginilah kisahnya: Ketika Sanjaya menjadi raja Medang, ia sudah mendirikan prasasti dan lingga persembahan (kepada) Bhatara Jagatnata atau Bhatara Siwa. Tulisan pada batu itu menerangkan kearifan kerajaan yang tiada cela. Itu peringatan di dalam hutan di desa Kunyarakunya di daerah Jawadwipa. Adapun Rakai Sanjaya menjadi raja Mataram di daerah Jawa Tengah (tanggal) tigabelas paroterang, bulan Kartika, enamratus limapuluh empat tarikh Saka sampai enamratus tujuhpuluh enam tarikh Saka, jadi lamanya duapuluh dua tahun. (77) |
A tale told: he inscription on the stone explained the flawless wisdom of the kingdom. It was a commemoration in the forest in Kunyarakunya village in the area of Jawadwipa. Meanwhile, Rakai Sanjaya became the king of Mataram on the 13th Paroterang, Kartika month, and reigned from 654 to 676 Saka, for 22 years. (77) |
A brief note about the situation of West Java after Sanjaya’s move to Mataram
Kemudian digantikan oleh anaknya, yaitu Tejahpurnapana Panangkarana namanya. Setelah Sanjaya Menjadi raja Mataram, maka di Jawa Barat ada dua raja yang berkuasa, yaitu sang Demunawan dan Rahyang Tamperan, Prabu Sunda dan Galuh, dalam /654-611/ tarikh Saka (lamanya /7/ tahun), rajaresi Demunawan atau sang Seuweukarma, raja-guru di Saunggalah dalam 645-696/ tarikh Saka (lamanya /51/ tahun). ... (78) |
Sanjaya was succeeded by his son, Tejahpurnapana Panangkarana. After Sanjaya became the king of Mataram, in West Java were two kings, Sang Demunawan or Sang Seuweukarma at Saunggalah and Rahyang Tamperan at Galuh. They were in power from 645 to 696 Saka for 51 years, and from 654 to 611 Saka for 7 years. ... (78) |
English Translation of Pustaka Carita Parahiyangan
The source text of this article:
Atja (1968), Carita Parahiyangan: Naskah Titilar Karuhun Urang Sunda. Bandung abad ka-16 Masehi, Jajasan Kebudajaan Nusalarang,
was obtained in 2011 by courtesy of the Faculty of Literature, Pajajaran University, Bandung, via Dr. Cynthia Radiman, Bandung Institute of Technology. The Modern Sundanese text was translated into Indonesian by courtesy of an anonymous student of Department of Sundanese Literature, Pakuan University, Bogor, 6/10/2011.
The description of some parts, especially after Section XVII, was not clearly understandable, so that the English translation thereafter includes conjectures of the present author.
1 |
Naskah Parahyangan |
Manuscript of the Story of Parahiyangan |
2 |
Terjemahan dalam Bahasa Sunda masa kini: |
Translation into modern Sundanese. |
3 |
I |
I |
4 |
Berikut ini adalah Cerita Parahyangan. |
Here is the Story of Parahiyangan. |
5 |
Sang Resi Guru mempunyai anak, namanya adalah Rajaputra. |
Sang Resi Guru begot a child, named Rajaputra. |
6 |
Rajaputra mempunyai dua orang anak. Mereka adalah Sang Kandiawan dan Sang Kandiawati. |
Rajaputra begot two children. They were Kandiawan and Kandiawati. |
7 |
Sang Kandiawan menyebut dirinya sebagai Rahiyangta Dewaradja |
Sang Kandiawan referred himself as Rahiyangta Dewaradja. |
8 |
Ketika menjadi rajaresi, dia menyebut dirinya Rahiangta di Medangjati. |
When he became the rajaresi, he called himself Rahiangta in Medangjati. |
9 |
Setelah beristri, lahirlah lima orang anak yang merupakan titisan Sang Kusika, Sang Garga,Sang Mestri, Sang Purusa, dan Sang Puntandjala, yaitu Sang Mangukuhan, Sang Karungkalah Sang Katungmaralah, Sang Sandanggreba, dan Sang Wretikandayun. |
After marriage, he had five children, who were the incarnations of Sang Kusika, Sang Garga, Sang Mestri, Sang Purusa and Sang Puntandjala, who were Sang Mangukuhan, Sang Karungkalah Sang Katungmaralah, Sang Sandanggreba and Sang Wretikandayun. |
10 |
II |
II |
11 |
Ada seekor burung bernama Si Uwur-uwur yang terkenal dengan sebutan Si Naragati. Burung ini bersarang di tempat liar Bagawat Resi Makandria. Anaknya dimakan oleh jantannya. Sang betina marah. |
There was a bird named Si Uwur-uwur, known by nickname as Si Naragati. This bird nested in the wild place of Bagawat Resi Makandria. Her son was eaten by male. Sang female animal became angry. |
12 |
Sang betina berkata: “Betapa hinanya jika kita tidak memiliki anak. Bagawat Resi Makandria! Kamu bertapa karena kamu sengsara tidak punya anak.” |
Sang female said: “How miserable if we do not have a child. Bagawat Resi Makandria! You practice asceticism because you are miserable without a child.” |
13 |
Bagawat Resi Makandria berkata: “Bagaimana mungkin kamu punya anak, menikah saja tidak.” |
Bagawat Resi Makandria said: “How can you have kids, not get married.” |
14 |
Karena itu, Bagawat Resi Makandri berkata: “Saya mau menemui Sang Resi Guru di Kendan.” |
Therefore, Bagawat Resi Makandri said, “I would like to meet Sang Resi Guru in Kendan.” |
15 |
Dia pergi ke Kendan. |
He went to Kendan. |
16 |
Sang Resi Guru berkata: “Apa tujuan kamu datang kemari?” Saya datang untuk meminta istri. Si Uwur-uwur mengatakan bahwa saya adalah orang yang hina jika saya tidak memiliki anak.” |
Sang Resi Guru said, “What is the purpose you came here for?” “I come here as my wife asked. Si Uwur-uwur said that I was a miserable person if I did not have children.” |
17 |
Sang Resi Guru berkata: “Pergilah kamu kembali ke tempat kamu bertapa.”Anakku Pwah Rababu, segera kamu temui Bagawat Resi Makandria. Karena sesungguhnya dialah jodohmu, anakku.” |
Sang Resi Guru said, “Go back to the place where you practice.” My daughter Pwah Rababu, soon you meet Bagawat Resi Makandria. Because really he is my partner, my child.” |
18 |
Pwah Rababu lalu berangkat menuju tempat Sang Rajaresi Makandria bertapa. Sesampainya di sana, Sang Resi Makandria tidak mau menjadi istrinya. (???) |
Pwah Rababu then departed for the place where Sang Rajaresi Makandria practiced. Arriving there, Sang Resi Makandria did not want her to be his wife. |
19 |
Karena melihat ada bidadari cantik, berupa Pwah Mandjangandara, dengan segera. Resi Makandria berubah menjadi Kebowulan. Lalu dia menyetubuhi bidadari itu. |
Because he saw there was a beautiful fairy who had a form of Pwah Mandjangandara, immediately. Resi Makandria transformed and became Kebowulan. Then he had intercourse with the angel. |
20 |
Kata Sang Resi Guru: “Anakku Pwah Sanghiang Sri! Temuilah kakakmu, Pwah Aksari Jabung!” |
Sang Resi Guru said: “My daughter Pwah Sanghiang Sri! Meet your brother, Pwah Aksari Jabung!” |
21 |
Pwah Sanghiang Sri segera berangkat lalu menyamar sebagai Pwah Bungatak Mangalengale. |
Pwah Sanghiang Sri left immediately and then disguised as Pwah Bungatak Mangalengale. |
22 |
III |
III |
23 |
Sang Mangukuhan berkata: “Ayo adik-adikku kita berburu ke lapang!” |
Sang Mangukuhan said: “Let my brothers and sisters we are go hunting to field!” |
24 |
Ketika mereka sampai di lapang, tampaklah Pwah Manjangandara dan Rakean Kebowulan. Kedua orang itu diburu oleh lima orang. Kelima orang itu berjanji, barang siapa yang paling awal menombak mereka, maka dialah yang berhak menjadi ratu. |
When they reached the field, Pwah Manjangandara and Rakean Kebowulan appeared. Both men were chased by five people. The fifth man promised, anyone who is the earliest to spear them, then he is entitled to be the king. |
25 |
Ternyata, Sang Wretikandayun berhasil menombak Kebowulan dan Pwah Manjangandara. Kebowulan berusaha lari ke tempatnya bertapa, namun ia meninggal sesampainya di sana. |
In fact, Sang Wretikandayun successfully speared Kebowulan and Pwah Manjangandara. Kebowulan tried to run to his place of seclusion but he died upon arrival there. |
26 |
Sang Wretikandayun mengikutinya, tampaklah Pwah Bungatak Mangalengale sedang menyusu kepada Pwah Manjangandara. |
Sang Wretikandayun followed, and looked Pwah Bungatak Mangalengale was suckling for Pwah Manjangandara. |
27 |
Pwah Bungatak Mangalengale dibawa pulang oleh Sang Wretikandayun ke Galuh, menemui Rahiangta di Medangjati. |
Pwah Bungatak Mangalengale was taken back by Sang Wretikandayun to Galuh, and met Rahiangta in Medangjati. |
28 |
IV |
IV |
29 |
Rahiyangan di Medangjati merupakan ratu berusia lima belas tahun. Diganti oleh Sang Wretikandayun di Galuh, sambil memperistri Pwah ngatak Mangalengale. |
Rahiyangan in Medangjati reined for fifteen-year-old, and replaced by Sang Wretikandayun in Galuh, and at the time took Pwah ngatak Mangalengale to wife. |
30 |
Sang Mangukuhan menjadi seorang petani, Sang Karungkalah menjadi seorang pemburu, Sang Katungmaralah menjadi “penyadap”, sedangkan Sandanggreba menjadi seorang pedagang. |
Samg Mangukuhan became a farmer, Sang Karungkalah became a hunter, and Sang Katungmaralah became a “tree tapper”, whilst Sandanggreba became a merchant. |
31 |
Oleh Sang Wretikandayun, Sang Mangukuhan diangkat sebagai Rahiangtung Kulikuli, Sang Karungkalah diangkat sebagai Rahiangtang Surawulan, Sang Katungmaralah menjadi Rahiyangtang Pelesawi, Sang Sandanggreba menjadi Rahingtang Rawulangit. |
By Sang Wretikandayun, Sang Mangukuhan was appointed as Rahiangtung Kulikuli, and Sang Karungkalah was appointed as Rahiangtang Surawulan. Sang Katungmaralah became Rahiyangtang Pelesawi, and Sang Sandanggreba became Rahingtang Rawulangit. |
32 |
Setelah Sang Wretikandayun menjadi ratu di Galuh, kemudian menjalani kehidupan seperti rajaresi dan menamakan dirinya sebagai Rahiangta di Menir. Pada saat membangun rumah tangga secara mandiri, pada saat itu menyusun Purbatisti. |
After Sang Wretikandayun became king in Galuh, then he underwent a life like rajaresi and named himself as Rahiangta in Menir. When be built his own household, he made an arrangement for Purbatisti. |
33 |
Menjadi ratu selama sembilan puluh tahun. Diganti oleh Rahiang Kulikuli, menjadi ratu selama delapan puluh tahun. Diganti oleh Rahiangtang Surawulan, menjadi ratu selama enam tahun. Pada tahun ketujuh ia diturunkan karena perilakunya yang jelek. Digantikan oleh Rahiangtang Pelesawi, menjadi ratu selama seratus dua puluh dua tahun karena perilakunya yang baik. Diganti oleh Rahiangtang Rawunglangit, manjadi ratu selama enam puluh tahun. |
He was king for 90 years. He was replaced by Rahiang Kulikuli who was to be king for 80 years. Kulikuli was replaced by Rahiangtang Surawulan was to be king for 6 years. In the seventh year, he was pulled down for a bad conduct, and replaced by Rahiangtang Pelesawi who was to be king for 122 years for good behaviour. He was replaced by Rahiangtang Rawunglangit who was to be king for 60 years. |
34 |
V |
V |
35 |
Diganti oleh Rahiangtang Mandiminyak. |
Rahiangtang Rawunglangit was replaced by Rahiangtang Mandiminyak. |
36 |
Rahiangta di Menir memiliki tiga orang anak, yang paling besar adalah Rahiang Sempakwaja, yang menjadi Batara Dangiang Guru di Galunggung, Rahiangtang Kidul, yang menjadi Batara Hiang Buyut di Denuk, dan Rahiangtang Mandiminyak yang menjadi ratu di Galuh. |
Rahiangta in Menir had three children, eldest one was Rahiang Sempakwaja, who became Batara Dangiang Guru in Galunggung, Rahiangtang Kidul, who became Batara Hiang Buyut in Denuk, and Rahiangtang Mandiminyak who became the king in Galuh. |
37 |
Sang Resi Guru berkata: “Saya merasa kasihan kepada Rahiang Sempakwaja karena dia tidak punya istri.” Anakku Pwah Rababu! Temuilah Rahiang Sempakwaja karena dia adalah temanmu untuk bertapa,” |
Sang Resi Guru said: “I feel sorry for Rahiang Sempakwaja because he did not have a wife.” My daughter Pwah Rababu! Meet Rahiang Sempakwaja because he is my friend of practice meditate,”. |
38 |
Sang Resi Giri menggosok ikat kepalanya menjadi macan putih, lalu menemui Rahiang Sempakwaja yang kebetulan pada saat itu sedang makan. |
Sang Resi Giri brushed headband, became a white tiger then met Rahiang Sempakwaja who was happened at that time to be eating. |
39 |
Sanghiang Sempakwaja berkata: “Kenapa di sini ada macan putih?” |
Sanghiang Sempakwaja said: “Why here is a white tiger?” |
40 |
Dia mengambil sumpitnya dan bermaksud menangkapnya dengan sumpit itu. Pwah Rababu didapati sedang mandi di telaga Candana. |
He took up his chopsticks and intended to seize it with the chopsticks. Pwah Rababu was found bathing in Lake Candana. |
41 |
Rahiang Sempakwaja berkata: “Siapa yang sedang mandi?” Sarungnya dijepit oleh sumpitnya. Teman-temannya, yaitu para Pwah Aksari, berlarian ke lapang luas. |
Rahiang Sempakwaja said: “Who is the one who is bathing?” Sarung was clamped by the chopsticks. Her friends, namely the group of Pwah Aksari, ran away to the wide field. |
42 |
Pwah Rababu dibawa oleh Rahiangsempakwaja dan diperistri. Ia sangat menyayanginya. Dari pasangan ini lahirlah dua anak laki-laki, yaitu Rahiang Purbarosa dan Rahiang Demunawan. |
Pwah Rababu was carried by Rahiang Sempakwaja and taken to wife. He was very fond of her. From this pair was born two sons, namely Rahiang Purbarosa and Rahiang Demunawan. |
43 |
VI |
VI |
44 |
Ketika mendengar suara tabuh yang tidak begitu jelas, tabuh di Galuh, Pwah Rababu kemudian pulang ke Galuh. Di sana ada seseorang yang sedang menari. |
When she heard the sound of drum which was not so obvious but of drum in Galuh, Pwah Rababu returned to Galuh. There was someone who was dancing. |
45 |
Ketika sampai di halaman yang luas, Rahiangtang Mandiminyak berkata: “Patih, ada apa sebenarnya ini?” |
When she arrived at the large courtyard, Rahiangtang Mandiminyak said: “Patih, what is this really?” |
46 |
Katanya ada orang yang sedang menari di halaman yang luas! |
They say there is a person who is dancing in a large yard! |
47 |
Bawalah pakaian perempuan itu seutuhnya kemari. Ini tanggung jawabku. Bawalah segera secara paksa! |
“Bring the women's clothes entirety here. It's my responsibility. Bring them soon by force! |
48 |
Patih berangkat ke halaman luas. Pwah Rababu dibawa ke keraton, diperistri oleh Rahiangtang Mandiminyak. Bepata cintanya ia kepada Pwah Rababu. Lalu lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Sang Sena. |
Patih went to the courtyard. Pwah Rababu was brought to the palace, taken to wife by Rahiangtang Mandiminyak. He loved Pwah Rababu. Then a male child who was named as Sang Sena was born. |
49 |
VII |
VII |
50 |
Sang Rahiang Sempakwaja berkata: “Berangkatlah kamu hai Rababu. Berikan anak ini kepada Rahiangtang Mandiminyak, hasil perzinahanmu, Sang Salahlampah.” |
Sang Rahiang Sempakwaja said: “Depart here Rababu! Give this child, the result of your adultery to Rahiangtang Mandiminyak, Sang Salahlampah!” |
51 |
Rababu kemudian berjalan menuju Galuh. |
Then, Rababu tripped to Galuh. |
52 |
Saya disuruh olah Rahiang Sempakwaja untuk memberikan anak ini. |
“I was told by Rahiang Sempakwaja to give this child to you.” |
53 |
Rahiangtang Mandiminyak berkata: “Jadi saya ini adalah anakmu, Sang Salah?” |
Rahiangtang Mandiminyak said: “So this is my son, Sang Salah?” |
54 |
Rahiangtang Mandiminyak berkata lagi: “Patih, simpan saja olehmu anak itu di pot bunga. Bawa ia ke lapang yang luas!” |
He said again: “Patih! Put the kid in a flower pot. Bring it to a wide field!”. |
55 |
Anak itu kemudian dibawa oleh patih ke lapang luas. Ketika sampai, dari lapang luas itu keluar tanda-tanda sampai ke langit. Terlihat oleh Rahiangtang Mandiminyak. |
The child was then taken by the patih to the wide field. When it was done, omens came out up to the sky from the field, as seen by Rahiangtang Mandiminyak. |
56 |
Patih carilah kembali simpan olehmu yang ada anaknya! |
“Patih, look for the child and bring him here again!” |
57 |
Dicarilah oleh patih ke lapang luas, tampaklah anak itu masih hidup. Lalu dibawalah anak itu ke hadapan Rahiangtang Mandiminyak. Anak itu dinamai Sang Sena. |
When the patih found the child in field, the child looked to be still alive. So, the boy was brought back to the front of Rahiangtang Mandiminyak. The boy was named Sang Sena. |
58 |
VIII |
VIII |
59 |
Setelah menjadi ratu selama tujuh tahun, Rahiangtang Mandiminyak diganti oleh Sang Sena. Selama tujuh tahun menjadi ratu, diganti karena dikudeta oleh Rahiang Purbarosa. Sang Sena dibuang ke Gunung Merapi, di sana ia mepunyai anak bernama Rakean Jambri. Setelah dia bertekad bulat untuk pergi ke Rahiangtang Kidul, di Denuh, ia minta disembunyikan. |
After being a king for 7 years, Rahiangtang Mandiminyak was replaced by Sang Sena. Sena reigned for 7 years but he was replaced because of a coup d'etat by Rahiang Purbarosa. Sang Sena [1] was expelled to Mount Merapi, where he begot a boy and named him Rakean Jambri (= Sanjaya). After he determined to go to Rahiangtang Kidul in Denuh, he asked for hidden. |
60 |
Rahiangtang Kidul berkata: “Cucuku, saya tidak sanggup melindungimu, saya khawatir orang-orang Galuh mengetahui keberadaanmu.” Temuilah Sang Wulan, Sang Tumanggal, dan Sang Pandawa di Kuningan, dan sebetulnya anak siapakah kamu ini? |
Rahiangtang Kidul said: “Son, I am not able to protect you, I am afraid those Galuh people know your whereabouts. Go to meet Sang Wulan, Sang Tumanggal, and Sang Pandavas in Kuningan. They may in fact ask you whose child you are.” |
61 |
Rakian Jambri berkata: “Saya adalah anak dari Sang Sena. Kekuasaan saya direbut, dibuang oleh Rahiang Purbarosa.” |
Rakian Jambri said: “I am a child of Sang Sena. My power was seized, disposed by Rahiang Purbarosa.” |
62 |
Kalau begitu saya wajib menolongmu. Tapi janganlah kamu terlalu banyak berharap kepada saya. Semoga kamu tidak bisa mengalahkanku jika kamu memerangiku. Dan jauh lebih baik jika kamu pergi ke sebelah barat, temui Tohaan di Sunda.” |
If it is so, I am obliged to help you. But do not expect too much to me. Hopefully you can not beat me if you fight to me. And it is much better if you go to the west, and meet Tohaan in Sunda.”. |
63 |
Sesampainya kepada Tohaan di Sunda, ia dijadikan sebagai menantu oleh Tohaan di Sunda. Setelah itu ia pergi lagi menemui Rabuyut Sawal. |
Arriving at Tohaan in Sundanese, he became as if a son-in-law of Tohaan in Sunda. After that he went again to see Rabuyut Sawal. |
64 |
Rabuyut Sawal berkata: “Siapa kamu?” |
Rabuyut Sawal said: “Who are you?” |
65 |
Saya adalah anak dari Sang Sena. Saya mencari pusaka milik Rabuyut Sawal. |
“I am a child of Sang Sena. I am looking for heirloom (inheritance) that belonged to Rabuyut Sawal. |
66 |
Isinya adalah rekening bala seribu yang mengandung hikmah supaya bisa menjadi ratu sakti, pewaris Sang Resi Guru.” |
The contains is an account of one thousand army power that enables one to become a powerful king, the legatee to Sang Resi Guru.” |
67 |
Pusaka itu kemudian diberikan oleh Rabuyut Sawal. Setelah itu Rakean Jambri kembali ke Galuh. |
Heritage was then given by Rabuyut Sawal. After that Rakean Jambri returned back to Galuh. |
68 |
Rahiang Purbarosa kemudian diperangi hingga terbunuh. Rahiang Purbarosa hanya manjadi ratu selama tujuh tahun. Diganti oleh Rakean Jambri, dengan julukan Rahiang Sanjaya. |
Rahiang Purbarosa had fought until killed. He was king only a period of 7 years and replaced by Rakean Jambri, alias Rahiang Sanjaya. |
[1] Sena was expelled together with his wife, Sannaha, a half-sister from Dewi Partati and Mandiminyak.
69 |
IX |
IX |
70 |
Rahiang Sanjaya berkata: “Patih, pergilah kamu untuk menemui Batara Dangiang Guru. Tanyakan kepadanya, siapakah orang yang pantas untuk menduduki pemerintahan saat ini?” |
Rahiang Sanjaya said: “Patih, you go to meet Batara Dangiang Guru. Ask him, who is the person who deserves to occupy the current administration?” |
71 |
Ketika patih sampai di Galunggung, Batara Dangaiang Guru bertanya: “Ada apa gerangan kamu datang kemari?” |
When the patih arrived at Galunggung, Batara Dangaiang Guru asked. “What the hell you have come here?” |
72 |
Ampun, saya datang diutus oleh Rahiang Sanjaya untuk bertanya siapakah orang yang layak untuk memegang pemerintahan? |
Man, I have come here delegated by Rahiang Sanjaya to ask you who is the person eligible to hold the government? |
73 |
Batara Dangiang Guru tidak memberi jawaban. |
Batara Dangiang Guru did not give an answer. |
74 |
Batara Dangiang Guru berkata: “Rahiang Sanjaya, carilah sendiri jawabannya olehmu.” Kalahkanlah Guruhaji Pagerwesi, kalahkanlah Wulah, Sang Tumanggal, kalahkanlah Guruhaji bunuh dan kalahkanlah Guruhaji Balitar. Pergilah Rahiang Sanjaya, kalahkanlah Sang Wulan, Sang Tumanggal, Sang Pandawa di Kuningan. Mereka semua memiliki kesaktian yang menyebabkan Sang Wulan, Sang Tumanggal, Sang Pandawa di Kuningan tidak bisa dikalahkan oleh Dangiang Guru. Jika kamu bisa mengalahkan mereka, tentulah kamu ini orang yang sakti.” |
Batara Dangiang Guru said, “Rahiang Sanjaya himself should seek the answer.” Challenge Guruhaji Pagerwesi, challenge Wulah, challenge Sang Tumanggal of Guruhaji and challenge Guruhaji Balitar. “Go Rahiang Sanjaya, (tell him to) challenge Sang Wulan, Sang Tumanggal, Sang Pandavas in Kuningan. They all have supernatural powers that could not be defeated by Dangiang Guru. If he can beat them, he will be (proved to be) a powerful man.” |
75 |
Rahiang Sanjaya kemudian pergi berperang ke Kuningan. Rahiang Sanjaya dikejar hingga ke sungai Kuningan. Rahiang Sanjaya mundur. |
Rahiang Sanjaya then went to war against Kuningan. Rahiang Sanjaya was chased down to the River Kuningan. Sanjaya Rahiang retreated. |
76 |
Mau tidak mau saya harus pergi ke tempat ini karena saya terus dikejar. |
“Like it or not I should go to that place because I am continually pursued.” |
77 |
Akhirnya Rahiang Sanjaya pulang ke Galuh. Sang Wulan dan Sang Tumanggal pulang ke Arile. |
Rahiang Sanjaya finally returned to Galuh. Sang Wulan and Sang Tumanggal returned to Arile. |
78 |
Rahiang Sanjaya marah kepada Batara Dangiang Guru, Batara Dangiang Guru berkata:”Ada apa, mengapa kamu kembali?” |
Rahiang Sanjaya was angry to Batara Dangiang Guru, Batara Dangiang Guru said: ”What happened, why you are back?” |
79 |
Saya kan disuruh olehmu untuk berperang, pada kenyataannya kami mengalami kekalahan. Kami malah dikejar-kejar oleh Sang Wulan, Sang Tumanggal, dan Sang Pandawa di Kuningan. Setelah itu Rahiang Sanjaya pulang ke Galuh. |
“I ordered me to go for war but as a matter of fact we have experienced a defeat. We were actually being chased by Sang Wulan, Sang Tumanggal, and Sang Pandavas in Kuningan. After that Rahiang Sanjaya returned to Galuh.” |
80 |
X |
X |
81 |
Sang Wulan, Sang Tumanggal, Sang Pandawa di Kuningan berkata: “Mari kita membawa sesajen ke Galunggung berupa pakaian laki-laki seutuhnya, tempat duduk, kerbau, dan beras secukupnya untuk makan.” |
Sang Wulan, Sang Tumanggal, Sang Pandavas in Kuningan said: “Let us bring ritual offerings too Galunggung in the complete men's uniform, with seating places, water buffalos, and enough rice to eat.” |
82 |
Ketika sampai di Galunggung, mereka berhenti di Pakembangan. Terlihatlah mereka oleh Sang Pakembangan yang kemudian mengabari Batara Dangiang Guru. |
When arrived at Galunggung, they stopped at Pakembangan. They are seen by Sang Pakembangan who then informed of it to Dangiang Batara Guru. |
83 |
Batara Dangiang Guru berkata: “Ada kabar apa?” |
Batara Dangiang Guru said: “What news?” |
84 |
Batara Dangiang Guru, ada yang datang. Mereka adalah Sang Wulan, Sang Tumanggal, dan Sang Pandawa di Kuningan. |
“Batara Dangiang Guru, there come some people. They are Sang Wulan, Sang Tumanggal, and Sang Pandavas in Kuningan.” |
85 |
Betapa beruntungnya mereka datang kemari. Pergilah ke Galuh. Undanglah Rahiang Sanjaya. Ceritakanlah kepadanya supaya dia membawa sesajen, pakaian laki-laki satu pasang, tempat duduk, kerbau, kuali besi dan beras secukupnya untuk makan. |
“How fortunate that they come here. Go to Galuh. Invite Rahiang Sanjaya. Tell him to brings offerings, a set o men's clothes, a seating place, buffaloes, iron pots and rice enough to eat!” |
86 |
Setelah kamu sampai di Galuh, Rahiyang Sanjaya berkata: “Ada apa Pakembangan?” |
When they arrived at Galuh, Rahiyang Sanjaya said, “What for to Pakembangan?” |
87 |
“Kami diutus oleh Dangiang Guru. Rahiyang Sanjaya supaya membawa sesajen secara lengkap. Kami bertiga adalah Sang Wulan, Sang Tumanggal, dan Sang Pandawa di Kuningan.” |
“We were sent by Dangiang Guru to tell Rahiyang Sanjaya to bring full offerings. Three of us are Sang Wulan, Sang Tumanggal, and Sang Pandavas in Kuningan.” |
88 |
Lalu Rahiyang Sanjaya berangkat. |
Then Rahiyang Sanjaya departed. |
89 |
Tatkala sampai di hadapan Dangiang Guru, Dangiang Guru berkata: “Rahiyang Sanjaya! Kalau kamu mengikuti perkataan Sang Wulan, Sang Tumanggal, dan Sang Pandawa di Kuningan, saya akan menuruti semua ucapanmu. Karena kalian berada di bawah kekuasaanku. Tunduk kepada ucapanku. Karena saya mampu untuk mengalahkan kalian. Aku ini seorang anak dewata.” |
When arrived at the front of Dangiang Guru, Dangiang Guru said. “Rahiyang Sanjaya! If you follow the words of Sang Wulan, Sang Tumanggal, and Sang Pandavas in Kuningan, I'll do everything you said. Since you are under my power. Obey what I said. Because I was able to beat you guy. I am a divine child.” |
90 |
Sang Wulan, Sang Tumanggal, dan Sang Pandawa di Kuningan dipimpin oleh Batara Dangiang Guru. |
Sang Wulan, Sang Tumanggal, and Sang Pandavas in Kuningan were led by Dangiang Batara Guru. |
91 |
Sang Wulan dijadikannya sebagai Guruhaji di Kajaron. |
Sang Wulan became like Guruhaji in Kajaron. |
92 |
Sang Tumanggal dijadikannya sebagai Guruhaji Kalanggara di Balamoha. |
Sang Tumanggal became like Guruhaji Kalanggara in Balamoha. |
93 |
Sang Pandawa di Kuningan dijadikannya sebagai Guruhaji Lajuwatang. |
Sang Pandavas in Kuningan became like Guruhaji Lajuwatang. |
94 |
Sang Puki dijadikannya sebagai Guruhaji di Pagerwesi. |
Sang Puki became like Guruhaji in Pagerwesi. |
95 |
Sang Manisri dijadikannya sebagai Buyuthaden Rahesa di Puntang. |
Sang Manisri became like Buyuthaden Rahesa in Puntang. |
96 |
Buyuthaden Tanjungputih di Kahuripan. |
Buyuthaden Tanjungputih in Kahuripan. |
97 |
Buyuthaden Sumajajah di Pagajahan. |
Buyuthaden Sumajajah in Pagajahan. |
98 |
Buyuthaden Pasugihan di Batur. |
Buyuthaden Pasugihan in Batur. |
99 |
Buyuthaden Darongdong di Balaraja. |
Buyuthaden Darongdong in Balaraja. |
100 |
Buyuthaden Pagergunung di Muntur. |
Buyuthaden Pagergunung in Muntur. |
101 |
Buyuthaden Muladarma di Parahiangan. |
Buyuthaden Muladarma in Parahiangan. |
102 |
Buyuthaden Batuhiang di Kuningan. |
Buyuthaden Batuhiang in Kuningan. |
103 |
XI |
XI |
104 |
Rahiyang Sanjaya menetap di Medang Ratu di Galuh, Sang Seuwakarma. |
Rahiyang Sanjaya resided in Medang as Ratu di Galuh, Sang Seuwakarma. |
105 |
Sementara itu adiknya, memelihara beberapa anak kerbau, membuat suatu tempat pemujaan. |
Meanwhile his younger brother took care of some child buffalos and made a place of worship. |
106 |
Nomaden, membaktikan dirinya kepada Batara Upati. |
Nomaden, devote imself to Batara Upati! |
107 |
Dikenal sebagai Rahiang Wereh karena ia ditinggalkan sejak saudara-saudaranya masih kecil. |
Known as Rahiang Wereh, because he was abandoned ever since his brothers were still small. |
108 |
Tidak pernah berhasil menjadi ratu karena giginya renggang. Itulah sebabnya ia dikenal sebagai Rahiang Sempakwaja. Rahiyang Kidul juga tidak bisa menjadi ratu karena memiliki penyakit hernia, maka jadilah ia Wikuraja. |
Never managed to became king, because of his tooth were loose. That is why he was known as Rahiang Sempakwaja. Rahiyang Kidul also can not become king because he had a hernia, then so became Wikuraja. |
109 |
Sang Seuwakarma menjadi Tohaan di Kuningan, lahir di tempat bertapa, yaitu anak dari Rahiang Sempakwaja. |
Sang Seuwakarma became Tohaan in Kuningan, born in the place of penance, who was the son of Rahiang Sempakwaja. |
110 |
Rahiyang Sanjaya berkata: “Rupanya kita ini pernah bersaudara, kakek! Kalau begitu jangan sungkan untuk menolongku kakek patih!” |
Rahiyang Sanjaya said, “Apparently we are ever brothers, grandfather! Then do not hesitate to help me grandfather patih!” |
111 |
Patih berkata: “Semoga saja saya bisa mengamalkan kembali Sanghiang Darmasiksa. Taatilah saya!” |
Patih said: “Hopefully I can practice again Sanghiang Darmasiksa. Obey me!”. |
112 |
Para patih berkata kepada Rahiang Sanjaya: “Jika kamu ingin unggul dalam peperangan, berangkatlah segera ke Galuh!” Ia pergi berperang ke Mananggul dan berhasil mengalahkan ratu Mananggul di bawah pimpinan Pu Anala. Lalu ia pergi berperang ke Kahuripan dan mengalahkan Rahiangtang Wulukapeu. Ia pergi berperang ke Kadul dan mengalahkan Rahiang Supena. Ia pergi berperang ke Blitar dan mengalahkan ratu Bima. |
The patih said to Rahiang Sanjaya: “If you want to excel in battle, go immediately to Galuh!” He went to war against Mananggul and managed to defeat the king Mananggul and under the leadership of Pu Anala. Then he went to war against Kahuripan and defeat Rahiangtang Wulukapeu. He went to war against Kadul and defeat Rahiang Supena. He went to war against Blitar and defeat king Bima. |
113 |
Kemudian Rahiyang Sanjaya menyeberang ke wilayah Melayu. Ia memerangi Kemir dan mengalahkan Rahiangtang Gana. Ia pergi berperang ke Keling dan mengalahkan Sriwijaya. Ia pergi ke Barus dan mengalahkan Jayadana. Ia pergi ke Cina mengalahkan patih Sarikaladarma. |
Rahiyang Sanjaya then went across into the territory of Malayu. He fought against Kemir and beat Rahiangtang Gana. He went war against Keling and defeated Sriwijaya. He went to Barus and beat Jayadana. He went to China (?) to beat patih Sarikaladarma. |
114 |
Kemudian Rahiang Sanjaya pulang ke Galuh dari seberang. |
Then Rahiang Sanjaya returned back to Galuh across border. |
115 |
Tunda. |
Pause. |
116 |
XII |
XII |
117 |
Rahiangtang Kuku, Sang Seuweukarma di Arile, mengadakan pertemuan dengan para patih membicarakan tentang pendidikan pemerintahan. |
Rahiangtang Kuku, Sang Seuweukarma in Arile, held a meeting with the patih and talked about the education of governance. |
118 |
Mari kita membawa hadiah kepada Rahiang Sanjaya. Bawalah emas satu peti dengan lima pembungkus untuk Rahiang Sanjaya. |
“Let us bring the gifts to Rahiang Sanjaya. Bring a chest with five packs of gold for Rahiang Sanjaya.” |
119 |
Pada waktu yang bersamaan, di Galuh pun ada pertemuan semua para patih. |
At the same time in Galuh was a meeting of all patih. |
120 |
Mari kita menyambut Sang Seuweukarma, karena dia adalah Rahiang Kuku. |
“Let us welcome Sang Seuweukarma as he is Rahiang Kuku.” |
121 |
Ketika sampai di persimpangan antara Galuh dengan Galunggung, mereka dijemput, dihormati, disediakan air minum. |
When they reached the junction between Galuh and Galunggung, they were picked up, respected and provided with drinking water. |
122 |
Rahiangtang Kuku berkata: “Sang patih, bawalah kami menemui Rahiang Sanjaya. Kami membawa emas dengan lima bungkusan.” |
Rahiangtang Kuku said, “Sang Patih, take us to see Rahiang Sanjaya. We have brought five packs of gold.” |
123 |
Sang patih berkata: “Tohaan! Baik emas maupun besi, Rahiang Sanjaya tidak mengharapkannya sama sekali. |
Sang Patih said, “God! Gold orand iron, Rahiang Sanjaya did not expect at all.” |
124 |
Yang diharapkannya adalah kesejahteraan rakyat. |
What was expected was well being of people.” |
125 |
Rahiangtang Kuku menjadi kebingungan. Kemudian kembali pulang ke Arile. Rahiangtang Kuku berkata: “Kalau begitu apa yang bisa kami baktikan kepada Rahiang Sanjaya?” |
Rahiangtang Kuku became confused. Then he returned home to Arile. Rahiangtang Kuku said, “Then what can we offer to Rahiang Sanjaya?” |
126 |
XIII |
XIII |
127 |
Betapa mulianya Rahiang Sempakwaja. Sekarang kita ceritakan tentang Rahiangtang Kuku, kembali ke Arile, tinggal sementara di Kuningan. |
How glorious Rahiang Sempakwaja. Now we talk about Rahiangtang Kuku who was back at Arile and living temporarily in Kuningan. |
128 |
Betapa terkenalnya Rahiangtang Kuku, yaitu Sang Seuweukarma, bertempat di Kuningan, anak dari Rahiang Sempakwaja. Ibu bapaknya merupakan orang yang sangat disegani oleh masyarakat. |
How famous Rahiangtang Kuku, who was Sang Seuweukarma, residing in Kuningan. He was a child of Rahiang Sempakwaja. Father's mother was a person who was very respected by the community. |
129 |
Masyarakat kota, desa, dan pulau-pulau di sekelilingnya: mulai dari Keling Bakti semuanya membaktikan diri kepada Ranghiangtang Kuku; Ranghiangtang Luda di Puntang; Ranghiangtang Wulukapeu di Kahuripan; Rahiangtang Supremana di Wiru; Rahiang Isora di Jawa; Sang Ratu Bima di Bali (tar); di Barat di Tu(n)tang Sunda menyeberangi wilayah Melayu. Rahiangtang Gana yang merupakan ratu di Kemir; Sang Sriwijaya di Melayu, Sang Wisnujaya di Barus, Sang Bramasidi di Keling. Patihna Sang Kandarma di Berawan; Sang Mawuluasu di Camara Upatah; Sang Pa(n)cadana yang merupakan ratu di Cina. |
Communities of towns, villages and islands in all surroundings, from Keling Bakti to elsewhere, all dedicated themselves to Ranghiangtang Kuku, Ranghiangtang Luda in Puntang, Ranghiangtang Wulukapeu in Kahuripan, Rahiangtang Supremana in Wiru, Rahiang Isora in Java, Sang Ratu Bima in Bali (tar ), in the West in Tu(n)tang Sunda across the Malayu region. Rahiangtang Gana who was king in Kemir, Sang Srivijaya in Malayu, Sang Wisnujaya in Barus, Sang Bramasidi in Keling. Patihna Sang Kandarma in Berawan, Sang Mawuluasu in Camara Upatah, Sang Pa(n)cadana who was king in China (?). |
130 |
Semuanya dikuasi oleh Rahiangtang Kuku. Semuanya mengakui keberadaan ratu yang duduk di Saunggalah. Di bawah kekuasaan Sang Seuweukarma, karena menganut ajaran Dangiang Kuning. |
Everything is dominated by Rahiangtang Kuku. All of them acknowledged the existence of the king who sits in Saunggalah. Under the rule of Sang Seuweukarma, as they followed the teachings of Dangiang Kuning. |
131 |
Di Galuh, Rahiang Sanjaya bertanya: “Bagaimana sang patih, saya diikutsertakan? Saya tidak dianggap sebagai keluarga oleh Rahiangtang Kuku.” |
In Galuh, Rahiang Sanjaya asked, “How can I participate, Sang Patih? I am not considered as a family by Rahiangtang Kuku.” |
132 |
Sang patih, segera tanyakan hal ini, pergilah ke Kuningan. |
Sang patih immediately asked abut this, whether should he go to Kuningan. |
133 |
Saya khawatir mereka menganggap kita iri terhadap mereka, padahal kita tidak iri sama sekali.” |
“I am worried that they think we are jealous of them, but we're not jealous at all.” |
134 |
Sang patih sampai di Kuningan, menuju keraton, dan menemui Rahiangtang Kuku. |
Sang patih arrived at Kuningan and in the palace met Rahiangtang Kuku. |
135 |
Rahiangtang Kuku berkata: “Ada apa kamu datang kemari?” |
Rahiangtang Kuku said, “What you come here for?” |
136 |
Sang patih menjawab: “Saya disuruh oleh Rahiang Sanjaya untuk menjelaskan sesuatu kemari.” |
Sang patih replied, “I was told by Rahiang Sanjaya to clarify a matter here.” |
137 |
Apa yang kamu tuju adalah ratu?” |
“What is your purpose to be the king? “ |
138 |
Rahiang Kuku berkata: “Hai sang patih, akulah sang ratu, yang dijunjung tinggi oleh banyak orang. |
Rahiang Kuku said, “O Sang patih, I am the king who is upheld by many people. |
139 |
Hanya Rahiang Sanjaya saja yang tidak bisa diharapkan, kami tidak akan pernah mengganggap kalian sebagai keluarga. Kalian terkenal sebagai orang yang suka membunuh keluarga sendiri. Saya sampai di Kuningan pun berkat jasa Rahiang Sempakwaja. Berkat Rahiang Sempakwajalah saya bisa sampai di Kuningan. |
Only Rahiang Sanjaya who can not be expected. We will never assume him as a family member. He is known as a person who likes to kill his own family member. I arrived at Kuningan helped by Rahiang Sempakwaja, helped by Rahiang Sempakwajalah. I could get at Kuningan. |
140 |
Dan di sini saya tidak diganggu oleh Rahiang Sanjaya.” |
Here I was not bothered by Rahiang Sanjaya.”. |
141 |
Sang patih kembali ke Galuh. |
Sang patih returned to Galuh. |
142 |
Rahiang Sanjaya bertanya: “Apa pesan Rahiangtang Kuku untukku?” “Wahai Rahiang Sanjaya! Pertapaan Rahiangtang Kuku telah berhasil.” Mengikuti Sanghiang Darma, Sanghiang Siksa. Taat kepada Sang Rumuhun, menjadi pemimpin dalam kehidupan. Oleh sebab itu, sebaiknya kita tunduk kepadanya. Mari kita tunjukkan, karena kita ini satu keturunan dengan Tohaan, kita semua merupakan turunan dewa. |
Rahiang Sanjaya asked, “What message Rahiangtang Kuku gave to me?” “O Rahiang Sanjaya! Pertapaan (hermitage) Rahiangtang Kuku has now achieved.” Following Sanghiang Darma, Sanghiang Soksa. Obedient to Sang Rumuhun, become a leader in the life. Therefore, we should bow to him. Let us show, because we are one offspring with Tohaan, we are all god's descendants. |
143 |
Rahiang Sanjaya segera mengambil pusakanya. Kemudian pusaka itu ditikamkannya. Kemudian mengatakan: “Ong awignam astu, kretajugi balam raja kretayem rawanem sang tata dosamem, sewa ca kali cab pratesora sang aparanya retuning dewata, sang adata adining ratu dewata sang sapta ratu na caturyuga.”(sepertinya ini bukan bahasa sunda) Sang Resi Guru betul-betul menjaga Sang Kandiawan dan Sang Kandiawati. Mereka melahirkan beberapa anak: Rahiangtang Kulikuli, Rahiangtang Surawulan, Rahiangtang Pelesawi, Rahiangtang Rawunglangit, dan yang paling kecil adalah Sang Wretikandayun. |
Rahiang Sanjaya immediately took inheritance. Then the inheritance stabbed. Then say: “Ong awignam astu, kretajugi Balam king's order kretayem rawanem dosamem, rental ca cab pratesora times aparanya retuning the gods, the gods Adata adining queen of the Sapta na caturyuga.”(Apparently this is not the language of Sunda [2]) Sang Resi Guru really kept the Kandiawan and the Kandiawati. They gave birth to several children; Rahiangtang Kulikuli, Rahiangtang Surawulan, Rahiangtang Pelesawi, Rahiangtang Rawunglangit, and the smallest is the Wretikandayun. |
144 |
Sang Wretikandayun memiliki anak Rahiang Sempakwaja, Rahiang Kidul, Rahiangtang Mandiminyak. Rahiangtang Mandiminyak memiliki anak Sang Sena, Sang Sena memiliki anak Rahiang Sanjaya.” |
Sang Wretikandayun had children, Rahiang Sempakwaja, Rahiang Kidul, Rahiangtang Mandiminyak. Rahiangtang Mandiminyak begot a child, Sang Sena. Sang Sena begot a child, Rahiang Sanjaya.”. |
[2] “this” means the original text from which the Indonesian text was derived.
|
XIV |
XIV |
145 |
Seorang perempuan cantik, Dobana membawa perahu, panjangnya tujuh depa, di bagian depannya dihiasi dengan berbagai pekarangan. |
A beautiful woman, Dobana brought a boat of seven fathoms long, in the front yard of which was decorated with various compounds. |
146 |
Mari kita pergi menuju Nusa Demba! Mereka terus berlayar. Terdengar oleh Sang Siwiragati. Pwah Sangkari Pucanghaji Tunjunghaji ikut dibawa, dinaikkan di atas gajah putih. Baru saja berjalan sepanjang halaman, |
Let's go to Nusa Demba! They continued to cruise. It was heard by Sang Siwiragati. Pwah Sangkari Pucanghaji Tunjunghaji joined underneath, riding on the white elephant. Just going along the yard. |
147 |
Tanpa disangka-sangka Rahiangtang Kuku, Sang Seuweukarma sudah tiba di Demba, lalu menuju keraton, duduk di belakang Siwiragati. |
Unexpectedly Rahiangtang Kuku, Sang Seuweukarma already arrived at Demba, and proceeded towards the palace, sitting at the back of Siwiragati. |
148 |
Rahaingtang Kuku dikejar oleh gajah putih, lari menuju halaman membawa Pwah Sangkari. |
Rahaingtang Kuku was chased by a white elephant and ran into the yard carrying Pwah Sangkari. |
149 |
Gajah putih tidak kembali pulang ke keraton mengikuti Rahiangtang Kuku. |
White elephant did not return home to the palace to follow Rahiangtang Kuku. |
150 |
Rahiangtang Kuku kembali ke Arile, dibawa oleh gajah putih bersama Pwah Sangkari. Pwah Sangkari berkata: “Kenapa di sini tidak ada emas dan satu set pakaian?” |
Rahiangtang Kuku returned to Arile, brought by a white elephant with Pwah Sangkari. Pwah Sangkari said, “Why here, here are no gold and no set of clothes?”. |
151 |
Kemudian pergi ke Galuh menemui Rahiang Sanjaya, tidak mampir ke Arile. Dibawanyalah gajah putih itu dengan ditutupi oleh kayu yang dihiasi oleh emas dan intan. |
Then he went to Galuh to see Rahiang Sanjaya without dropping at Arile. Underneath the white elephant was covered by timber decorated by gold and diamonds. |
152 |
Ketika sampai di Nusa Demba, ia menuju keraton. Setelah sampai, Rahiangtang Kuku berkata kepada Rahiang Sanjaya, kenapa kamu menyukai gajah putih? |
When arrived at Nusa Demba, he went to the palace. Having arrived, Rahiangtang Kuku said to Rahiang Sanjaya, why he liked a white elephant?. |
153 |
Tanyanya: “Mana?” |
He asked: “Where?” |
154 |
Kemudian gajah putih itu dinaikinya, Pwah Sangkari dihadapkan kepada Rahiyang Sanjaya. Setelah sampai ke pedalaman, tidak kembali lagi. Rahiang Sanjaya berkata: “Apa lagi yang membuat kalian ragu? Sekarang saya ingin menjalin hubungan baik.” Saya dan bapak, Rahiang Kuku, Sang Seuweukarma. Sekarang saya tidak akan melawan. Sekarang kita tetapkan: tanah bagian Dangiang Guru di tengah, bagian Rangiang Isora di sebelah timur, batasnya sampai bagian utara Paraga dan Cilotiran, dari barat Tarum, ke Barat bagian Tohaan di Sunda. |
Then riding on the white elephant, Pwah Sangkari confronted with Rahiyang Sanjaya. Having reached the interior, he did not return. Rahiang Sanjaya said, “What else makes you hesitate? Now I want to establish good relationship. “My father, Rahiang Kuku, Sang Seuweukarma. Now I will not fight. Now we settle the land so as Dangiang Guru occupy the middle section, the Rangiang Isora, the east section. The border to the north is up to a part of Paraga and Cilotiran, to the west is from Tarum River to the west part of Tohaan in Sunda. |
155 |
Setelah Rahiangtang Kuku pulang ke Arile, sesampainya di Arile, ia meninggal dunia, meninggal dalam usia yang sangat tua. |
After Rahiangtang Kuku returned to Arile, he passed away, died at a very old age. |
156 |
Rahiang Sanjaya memanggil-manggil anaknya, Rakean Panaraban, itu adalah Rahiang Tamperan: “Janganlah kamu mengikuti agamaku karena inilah yang menyebabkan aku ditakuti oleh semua orang.” |
Sanjaya Rahiang called for his son, Rakean Panaraban, alias Rahiang Tamperan. “Do not follow my religion because this is the cause I am dreaded by everyone.” |
157 |
Menjadi ratu selama sembilan tahun, kemudian digantikan oleh Rahiang Tamperan |
Reigned for 9 years, he was replaced by Rahiang Tamperan. |
158 |
XV |
XV |
159 |
Mula-mula Sang Resi Guru membangun kota pulau Jawa, yaitu Galinggung, dari sebelah timur Jawa. |
At first, Sang Resi Guru built a city in Java Island, i.e., Galinggung, from east Java. |
160 |
Di batas Sunda, terdapat seorang yang sakti, dibunuh tanpa dosa, namanya adalah Bagawal Sajalajala. |
In the border of Sunda was a person who was powerful, killed for no sin, named Bagawal Sajalajala. |
161 |
Atma Pandita menjelma sebagai Sang Manarah. Anak dari Rahiang Tamperan, berdua dengan saudaranya, yaitu Rahiang Banga. |
Atma Pandita incarnated as Sang Manarah, who was a child of Rahiang Tamperan, along with his brother, named Rahiang Banga. |
162 |
Sang Manarah tidak mau mati. |
Sang Manarah did not want to die. |
163 |
Rahiang Tamperan ditangkap oleh anaknya, oleh Sang Manarah. Rahiang Tamperan dipenjara besi. |
Rahiang Tamperan was captured by his son, Sang Manarah. Rahiang Tamperan was jailed in an iron cage. |
164 |
Rahiang Banga datang sambil menangis, sambil membawa nasi ke penjara besi itu. Sang Manarah mengetahuinya kemudian berkelahi dengan Rahiang Banga. Wajah Rahiang Banga terpukul oleh Sang Manarah. |
Rahiang Banga came weeping, carrying rice to the iron prison. Sang Manarah who knew about it fought against Rahiang Banga. Wajah Rahiang Banga was hit by Sang Manarah. |
165 |
Dari situlah Sang Manarah menjadi ratu di Jawa, menjadi persembahan. |
From there Sang Manarah became king in Java, became an offering. |
166 |
Menurut cerita Jawa, Rahiang Tamperan menjadi raja selama tujuh tahun, karena kelakukannya suka mengganggu orang yang bertapa, ia tidak bisa memegang kekuasaan dalam waktu yang lama. |
According to the tale of Java, Rahiang Tamperan reigned for 7 years. Because of his behaviour to disturb mediating peopled, he could not hold power for a long time. |
167 |
Sang Manarah menjadi ratu selama delapan puluh tahun karena tabiatnya yang baik. |
Sang Manarah reigned for 80 years for a good temperament. |
168 |
Sang Manisri menjadi ratu selama enam puluh tahun karena kukuh memegang ajaran Sanghiang Siksa. |
Sang Manisri reigned for 60 years because he firmly held the teachings of Sanhiang Siksa. |
169 |
Sang Tariwulan menjadi ratu selama tujuh tahun. |
Sang Tariwulan reigned for 7 years. |
170 |
XVI |
XVI |
171 |
Mula-mula Sang Resi Guru memiliki anak, Sang Haliwungan, yaitu Sang Susuktunggal yang membenahi Sanghiang Rancamaya, bersama Sanghiang Saluwesi. |
Initially, Sang Resi Guru had children, Sang Haliwungan, alias Sang Susuktunggal, as well as Rancamaya Sanhiang, alias Sanhiang Saluwesi. |
172 |
Dari Sanghiang Rancamaya ada yang keluar. |
Sanghiang Rancamaya had children. |
173 |
Nama saya (?) adalah Sang Udubasu, Sang Pulunggana, Sang Surugana, ratu hiang banaspati. |
Their names were Sang Udubasu, Sang Pulunggana, Sang Surugana, Ratu Hiang Banaspati.. |
174 |
Sang Susuktunggal, yaitu orang yang membuat tempat duduk Sriman Sriwacana Sri Baduga Maharajadiraja, ratu Pajajaran. Yang memiliki keraton Sri bima-untarayana madura-suradipati, yaitu tempat Sanghiang Ratudewata. |
Sang Susuktunggal who owned the seat of Sriman Sriwacana was Sri Baduga Maharajadiraja, the King Pajajaran. The one who owned a palace of Sri Bima-Madura-Suradipati Utara was Sanhiang Ratudewata. |
175 |
Peninggalan Sang Susuktunggal, yang mewariskan tanah suci, tanah yang baik, sebagai bukti raja yang utama. |
The Heritage of Sang Susuktunggal, who bequeathed the holy land, good soil, as the evidence of having been a major king. |
176 |
Menjadi ratu selama seratus tahun. |
He was king for 100 years. |
177 |
XVII |
XVII |
178 |
Rahiang Banga menjadi ratu selama tujuh tahun saja, karena perilakunya tidak didasarkan pada adat kebiasaan yang benar. |
Rahiang Banga was king for only seven years because his behaviour was not based on correct customs. |
179 |
Rakean di Medang menjadi ratu selama tujuh tahun. |
Rakean in Medang was king for 7 years. |
180 |
Rakeanta Diwus menjadi ratu selama dua puluh empat tahun. |
Rakeanta Diwus was king for 24 years. |
181 |
Rakeanta Wuwus menjadi ratu selama tujuh puluh dua tahun. |
Rakeanta Wuwus was king for 72 years. |
182 |
Hujung Cariang hanya menjadi ratu selama tiga tahun karena salah langkah, mengorbankan wanita untuk mendapatkan wanita lain. |
Hujung Cariang was king for (only) 3 years because of a wrong action, sacrificing a woman to get another woman. |
183 |
Rakean Gendang menjadi ratu selama dua puluh tiga tahun. |
Rakean Gendang king for 23 years. |
184 |
Dewa Sanghiang menjadi ratu selama tujuh tahun. |
Dewa Sanhiang was king for 7 years. |
185 |
Prebu Sanghiang menjadi ratu selama sebelas tahun. |
Prabu Sanhiang be king for eleven years. |
186 |
Prebu Datia Maharaja menjadi ratu selama tujuh tahun. |
Datia Prebu Maharaja was king for 7 years. |
187 |
Yang meninggal di winduraja menjadi ratu selama dua puluh tiga tahun. |
One who died in Winduraja was king for 23 years. |
188 |
Yang meninggal di Kreta menjadi ratu selama sembilan puluh dua tahun karena memegang teguh langkah yang baik, yang menciptakan kesejahteraan. |
One who died in Kreta was king for 92 years because he held a good action that created well-being. |
189 |
Diganti lagi oleh yang meninggal di Winduraja, tidak lama menjadi ratu, hanya delapan belas tahun. |
One who was replaced died in Winduraja was king only 18 years. |
190 |
Diganti oleh Sang Rakean Darmasiksa, titisan Sanghiang Wisnu, yaitu orang yang membangun Sanghiang Binajapanti. |
One replaced by Sang Rakean Darmasiksa was a descendant of VishWisnu, a person who built Sanhiang Binajapanti. |
191 |
Yang membuat senjata untuk sang rama, dari sang resi, dari sang disri, dari sang tarahan dari parahiangan. |
One who made weapons for Sanf Rama was from Sang Resi, from Sang Disri, from Sang Tarahan from Parahiangan. |
192 |
Berkat dari apa? Dari sang wiku pemilik budaya Sunda, mengikuti Sanghiang Darma, mengamalkan Sanghiang Siksa. |
Because of what? From Sang Wiku owned Sundanese culture, followed by Sanhiang Darma, accomplished Sanhiang Siksa. |
193 |
Punya anak yang meninggal di Taman, menjadi ratu selama enam tahun. |
One who had a child and died at Taman was king for 6 years. |
194 |
Punya anak yang meninggal di Tanjung, menjadi ratu selama delapan tahun. |
One who had a child and died at Tamjung, was king for 8 years. |
195 |
Punya anak yang meninggal di Kikis, menjadi ratu selama dua puluh dua tahun. |
One who had a child and died at Kikis, was king for 22 years. |
196 |
Yang meninggal di Kiding, menjadi ratu selama tujuh tahun. |
One who died at Kiding was king for 7 years. |
197 |
Punya anak Aki Kolot, menjadi ratu selama sepuluh tahun. |
One who had a child, Aki childless old-fashioned, to be Kolot was king for 10 years. |
198 |
XVIII (Perang Bubat ?) |
XVIII |
199 |
Punya anak, namanya Prebu Maharaja, menjadi raja selama tujuh tahun, karena mendapat musibah, terbawa celaka oleh anaknya, yang bernama Tohaan, orang yang boros. |
One who had a child, named Prebu Maharaja was king for 7 years as he got a disaster that was brought by his child. He was named Tohaan, a wasteful person. |
200 |
Banyak orang yang pergi ke Jawa karena tidak mau mempunyai suami orang Sunda. Lalu berperang di Majapahit. |
Many people who went to Java because they did not want to have a husband of Sundanese. Then fought at Majapahit. |
201 |
Ada lagi putra Prebu, terkenal namanya, yaitu Prebu Niskalawastu kancana, yang tinggal di Nusalarang gunung Wanakusuma. Menjadi ratu selama seratus empat tahun, karena tekun menjalani agamanya, negara sejahtera. |
There was another son of Prebu, a famous name, that was Prebu Niskalawastu Kancana, who lived in Nusalarang, Mount Wanakusuma. He was king for a 140 years, he was diligently experienced religion and prosperity of the state. |
202 |
Meskipun umurnya masih muda, sikapnya sudah dewasa, karena dia diasuh oleh Hiang Bunisora di Gegeromas. Batar Guru di Jampang. |
Although he was still young, his demeanour was adultly because he was raised by Hiang Bunisora in Gegeromas. Batar Guru in Jampang. |
203 |
Begitu diseganinya ia di tanah airnya. |
So, he was respected in his homeland. |
204 |
Batara guru di Jampang, yaitu orang yang membuat mahkota Sanghiang Pake, sewaktu yang berhak (Sanghiang Pake) diangkat menjadi ratu. |
Batara Guru in Jampangr was a person who the power of Sanhiang Pake, and at the same time he was entitled as king. |
205 |
Mati-matian berbakti kepada dewata. Yang diteladaninya adalah mahkota yang dipakai Sahiang Indra. Sekian, barangkali ada yang mau mengikuti. Itulah perjalanan yang meninggal di Nusalarang. Pada masa itu orang-orang taat kepada pengasuhnya. |
Strongly he devoted himself to the gods. His model was the power of Sahiang Indra. So, perhaps there were people who wanted to join him would follow. That was the journey to die in Nusalarang. In those days people obeyed the guardians. |
206 |
Para sesepuh bisa makan enak, sang resi tentram dalam melaksanakan peraturan hidupnya mengamalkan purbatisti purbajati. Dukun-dukun mengadakan perjanjian-perjanjian dengan tentram menggunakan aturan yang berkaitan dengan kehidupan, membagi-bagi hutan dan yang ada di sekitarnya, baik orang kecil maupun orang besar tidak ada yang menggugatnya, para pembajak merasa aman berlayar menurut peraturan ratu. |
The elders can eat well. Sang Resi was peaceful in carrying out the rules of his life to practice the Purautisti Purwajati. Shamans arranged agreements peacefully using rules relating to life, dividing the forest around there, so that neither the small nor the big people could criticise. Pirates felt safe sailing according to the rules of king. |
207 |
Air, cahaya, angin, langit, tanah merasa senang berada dalam genggaman pengayom jagad. |
Water, light, wind, sky and ground felt content to be in the grasp of the protector of universe. |
208 |
Mengukuhkan raja, berdiri di linggawesi, puasa, memuja tida akhir. |
Confirmedly, a king, standing in linggawesi, fasting and worshiping does not end. |
209 |
Sang Wiku menjalankan perintah dewa dengan baik, mengamalkan sanghiang watangageung. |
Sang Wiku commanded the orders of the gods well, practices the Sanghiang Watangageung. |
210 |
Karena keyakinannya menjalani kelunggulannya. |
Because the belief went through superiority. |
211 |
Diganti oleh Tohaan Galuh, yang meninggal di Gunung tiga. Menjadi ratu selama tujuh tahun, karena telah berbuat salah dengan mencintai wanita yang terlarang. |
One replaced by Tohaan Galuh died on Mount Tiga. He was king for 7 years, as he had done a wrong thing, a forbidden love to women. |
212 |
XIX |
XIX |
213 |
Diganti oleh Prebu, putra raja, yaitu Sang Ratu Rajadewata, yang meninggal di Rancamaya, menjadi ratu selama tiga puluh tahun. |
Replaced by Prebu, a son of the king, was Sang Ratu Rajadewata who died in Rancamaya. He reigned for 30 years. |
214 |
Karena menjalankan pemerintahan dengan menjalani purbatisti purbajati, dan tidak pula didatangi oleh musuh besar dan musih kecil. Tentram tenang di sebelah utara, selatan, barat, dan timur, karena rasa aman. |
It was because he ran the government with the experience of Purbatisti Purbajati, not visited by a large or small enemy. Tranquil calm was there in the north, south, west and east, because of the security. |
215 |
Yang menyebabkan tidak aman adalah selingkuh yang dilakukan oleh manusia, karena melanggar Sanghiang Siksa. |
That which caused insecurity was an affair carried out by humans that violated Sanhiang Siksa. |
216 |
XX |
XX |
217 |
Diganti oleh Prebu Surawisesa, yang meninggal di Padaren, ratu gagah perkasa, teguh dan pemberani. |
Replaced by Prebu Surawisesa was a person who died in Padaren. He was a mighty king, strong and courageous. |
218 |
Perang lima belas kali tanpa kalah. Dalam menjalankan peperangan, kekuatan pasukannya mencapai seribu jiwa. |
He had wars fifteen times without losing. In operating the wars, the strength of troops reached 1000 souls. |
219 |
Pergi berperang ke Kalapa bersama Aria Burah. Pergi berperang ke Tanjung. Pergi berperang ke Ancol kiyi. Pergi beperang ke Wahanten Girang. |
He went to war to Kalapa with Aryan Burah, went to war to Tanjung, went to war to Ancol Kiyi, went to war to Wahanten Girang. |
220 |
Pergi berperang ke Simpang. Berperang ke Gunungbatu. Berperang ke Saungagung. Berperang ke Rumbut. Perang ke Gunungbanjar. Perang ke Padang. Perang ke Pagoakan. Perang ke Muntur. Perang ke Hanum. Perang ke Pagerwesi. Perang ke Madangkahiangan. |
He went to war to Simpang, to Gunungbatu, to Saungagung, to Rumbut, Gunungbanjar. War to Padang. War to Pagoakan, Muntur, Hanum, to Pagerwesi, to Madangkahiangan. |
221 |
Dari sana kembali ke kampung halaman. Tidak melakukan apa-apa lagi. Ratu meninggal dunia. Menjadi ratu selama empat belas tahun. |
From there returned home. Without doing anything else, the king died. He was king for 14 years. |
222 |
XXI |
XXI |
223 |
Prabu Ratudewata, yaitu yang meninggal kasawah-tampian-dalem. |
King Ratudewata who died was alias Kasawah-Tampian-Dalem. |
224 |
Menjalankan kehidupan seperti rajaresi. Tanpa Pwah Susu. |
He spent his life like a rajaresi without Pwah Susu. |
225 |
Disunat, dengan tujuan supaya bersih, suci dari kotoran pada saat dicuci, disunat oleh ahlinya, hal ini merupakan budaya Sunda. |
Circumcised, in order to clean, holier than dirt when washed. The circumcision was operated by experts. This was a culture of Sunda. |
226 |
Datanglah kerusuhan, musuh yang banyak datang tanpa diketahui asal usulnya. Perang di halaman luas. Tohaan Sarendet dan Tohaan Ratu Sanghiang ditemui. |
A riot occurred as many enemies of unknown origin came. They battled in the courtyard area. Tohaan Sarendet and Tohaan Ratu Sanhiang encountered. |
Pandita sakti dianiaya, pandita di Sumedang. Sang pandita di Ciranjang dibunuh tanpa dosa, menjadi korban orang kikir. Sang pandita di Jayagiri dijerumuskan ke dalam sumur. Pandita sakti tidak berdosa. Namanya Munding Rahiang, dilemparkan ke dalam sumur, tidak mati, masih hidup, meninggal tanpa meninggalkan jasadnya di dunia. Terkenal dengan nama Hiang Kalinganja. Ia masih tinggal di belakang kali, hidup berpura-pura sebagai orang yang senang. Seperti itulah keadaan jaman susah. |
Sacred priest of Sumedang was persecuted, Sang priest of Ciranjang was killed without sin became the victim of files. Sang priest of Jayagiri was cast down into the well. An innocent sacred priest, named Munding Rahiang was thrown into the well. He was not dead, still alive, but died, although his body was not abandoned in the world. The famous Hiang Kalinganja still lived lives behind the times, pretending to live as a happy person. Such was the state of the hard time. |
|
227 |
Prebu ratudewata, lamanya menjadi delapan tahun, meninggal dunia pada tahun ke sembilan. |
Prebu Ratudewata, reigned 8 years and died in the ninth year. |
228 |
XXII |
XXII |
229 |
Diganti oleh Sang Ratusakti Sang Mangabatan di Tasik, yang meninggal di Pengpelangan. Menjadi ratu selama delapan tahun, karena tergoda oleh wanita. |
Replaced by Sang Ratusakti was Sang Mangabatan in Tasik who died in Pengpelangan. He was king for (only) eight years, as he was tempted by a woman. |
230 |
Larangan dari ibu tiri. Sering membunuh orang tak berdosa, merampas tanpa rasa kasihan, tidak hormat kepada orang tua, menghina pandita. |
Prohibition of stepmother. He often killed innocent people, robbed without pity, disrespected parents, humiliate priests. |
231 |
Janganlah ditiru oleh generasi selanjutnya, langkah yang seperti itu. Begitulah riwayat sang ratu. |
Such actions should not be imitated by later generations. That the tales of the king |
232 |
XXIII |
XXIII |
233 |
Tohaan di Majalaya kalah perang, sehingga tidak tinggal di keraton. Dialah yang menciptakan Sanghiang Panji, memperindah keraton, mengaturnya dengan membuat taman di gerbangnya. Yang membangun balai bobot tujuh belas baris, diukir dan dibentuk menjadi macam-macam cerita. |
Tohaan in Majalaya lost the war, so he did not live in the palace. He created Sanhiang Bannerman, an embellished palace, set in a yard at the gate. Who built the value hall of seventeen lines, carved and shaped, became a variety of stories. |
234 |
XXIV |
XXIV |
235 |
Jaman di mana manusia sejagad tidak merasakan kejahatan disebut sebagai jaman kreta. |
Worldwide era in which man does not feel the crimes is referred to as the era of kreta. |
236 |
Tidak ada yang menghancurkan jagad. |
Nothing destroys the universe. |
237 |
Pada jaman dopara, jaman perunggu, selanjutnya diganti oleh jaman kali, jaman besi, Sang Nilakendra, disebabkan terlalu lama berada dalam kesenangan, mengumbar hawa nafsu. Memiliki anak dengan menurunkan pertapaan, cucu tiri. Minuman keras sudah dianggap sebagai air yang berwujud godaan nafsu. Orang yang berladang bisa makan dengan enak, tidak merasa gembira jika tidak bertanam. Selama menjadi ratu mengikuti nafsu makannya, tidak menuruti adat kebiasaan, mengumbar kesenangan dengan memboroskan kekayaannya. |
The Age of Dopara, Bronze Age, was followed by the Age of Kali and the Iron Age. Sang Nilakendra spent by too long time in the pleasures, being indulgent in lust. He had a child and a step-grandchild in his hermitage. Strong drinks were regarded as water that was bore tangible lustful temptation. Farming people who can eat food deliciously did not feel happy if they did not cultivate it. The king who pursued the lust for food did not follow the customs allowed pleasure uncontrolled and wasted his fortune. |
238 |
Menjadi ratu selama enam belas tahun. |
He was king for sixteen years. |
239 |
XXV |
XXV |
240 |
Diganti oleh Nusia Mulya. Menjadi ratu selama dua belas tahun. Mulai datangnya perubahan. Penyusup masuk, timbul kerusakan di Islam. |
He was replaced by human Mulya after being king for 12 years. The coming changes started. The intruder came in, damages arose in Islam. |
241 |
Perang ke Rajagaluh, Rajagaluh kalah. Perang ke Kalapa, Kalapa kalah. Perang ke Pakwan, perang ke Galuh, perang ke Datar. Perang ke Mandiri, perang ke Patege, perang ke Jawakapala, Jawakapala kalah. Perang ke Gegelang. Menyeberang ke Salajo; semua kalah oleh orang Islam. |
In the war to Rajagaluh, Rajagaluh lost. In the war to Kalapa, Kalapa lost. Wars to Pakwan, to Galuh, to Datar to the Mandiri, to Patege. In the war to Jawakapala, Jawakapala lost. In the war to Gegelang and Salajo, all were defeated by Muslim people. |
242 |
Itulah yang menyebabkan takluknya Demak dan Cirebon. |
That is what caused the surrender of Demak and Cirebon. |
243 |
Dikutip dari |
Quoted from |
244 |
Atja (1968) Carita Parahiyangan: Naskah Titilar Karuhun Urang Sunda. Bandung: |
Atja (1968), Carita Parahiyangan: Naskah Titilar Karuhun Urang Sunda. Bandung:. |
245 |
Jajasan Kebudajaan Nusalarang |
Nusalarang Culture Foundation |